UJI PEMBEMBERIAN PUPUK TSP DAN HORMON
TANAMAN UNGGUL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU
T0H1
OLEH :
AGUS ISTANTO
114210076
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2012
UJI PEMBEMBERIAN PUPUK TSP DAN HORMON
TANAMAN UNGGUL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU
T0H1
LAPORAN
PRATIKUM
OLEH :
NAMA
: AGUS ISTANTO
NPM : 114210076
PROGRAM
STUDI : AGRIBISNIS
MENYETUJUI
Dosen
Pengasuh Asisten
Dosen
Ir.Ernita, Mp Nurwansyah
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul’’ Uji Pemberian Pupuk TSP
dan Hormon Tanaman Unggul Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang
Hijau’’.
Laporan
ini saya susun untuk memenuhi tugas dasar-dasar agronomi, Atas terselesaikannya
laporan
ini, saya ucapkan terima kasih kepada Ir.Ernita,Mp selaku dosen matakuliah dasar-dasar
agronomi dan Kepada Nurwansyah selaku asisten dosen (asdos) juga Orang tua yang memberi dukungan
moril maupun materil Dan
kepada semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis
sudah berusaha dengan semaksimal mungkin melaksanakan penulisan Laporan ini dengan baik, Jika
menurut Bapak/Ibu dan saudara masih ditemukan kekurangan dan kelemahannya,
segala kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan ini . Dan atas bantuan
semua pihak, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Pekanbaru, Desember
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... iv
I.
pENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar belakang............................................................................... 1
B.
Tujuan penelitian ........................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
III. bahan dan metode................................................................ 7
A. tempat dan waktu.......................................................................... 7
B. bahan dan alat ............................................................................... 7
C. Rancangan penelitian ................................................................... 7
E. pelaksanaan penelitian .................................................................. 8
F.parameter pengamatan
................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 11
A. tingggi tanaman............................................................................. 11
B. umur berbunga............................................................................... 11
C. umur panen.................................................................................... 12
D. jumlah polong per plot................................................................... 13
E. berat polong per plot...................................................................... 13
F. berat 100 bji................................................................................... 14
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 15
RINGKASAN........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16
LAMPIRAN........................................................................................... 17
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1.
Rerata tinggi tanaman (cm)............................................................. 11
2.
Rerata
Umur berbunga.................................................................... 11
3.
Rerata
Umur panen......................................................................... 12
4.
Rerata
Jumlah polong per plot........................................................ 13
5.
Rerata
berat polong per plot............................................................ 13
6.
Rerata
Berat 100 biji....................................................................... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................. 17
2. Dokumentasi penelitian.................................................................... 18
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kacang hijau (Phaseolus radiates. L) adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang
termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein
nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman
pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Kacang
hijau merupakan tanaman bahan makanan tambahan yang cukup penting untuk
memperbaiki gizi makanan rakyat di Indonesia, karena mengandung vitamin B1 yang
cukup tinggi, kandungan protein 24 %, lemak 12 %, dan karbohidrat 58 %
(Soeprapto, 1993).
Kacang hijau adalah sejenis tanaman
budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang
termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.
Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman
pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Bagian paling bernilai ekonomi adalah
bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau
dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde,
bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum
dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge.
Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam
bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang
hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam pembuatan
kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi
yang dikenal sebagai soun.
Penyebaran
kacang hijau di Indonesia hampir merata di semua daerah. Dalam rangka pembangunan
pertanian, budidaya tanaman kacang hijau ini terus dikembangkan. Melihat
tingkat pengembangannya, tanaman kacang hijau akan memberikan prospek yang
cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian dimasa yang akan
datang, selain itu tanaman kacang hijau merupakan tanaman pangan yang banyak
diusahakan secara komersial. Produksi kacang hijau di Riau sampai sekarang
masih rendah. Perhatian masyarakat sampai saat ini terhadap kacang hijau masih
kurang. Kurangnnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai
perhektar masih rendah dan panen yang dikerjakan sampai beberapa kali, sehingga
sukar untuk menentukan masa panen yang tepat.
Rendahnya
produksi kacang hijau di Riau disebabkan antara lain karena teknik bercocok
tanam dan pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional, terutama varietas yang digunakan berpotensi
rendah serta pemeliharaan yang kurang intensif, (Badan Pusat Statistik Propinsi
Riau, 2003).
Salah
satu usaha untuk meningkatkan produksi kacang hijau ialah dengan adanya suatu
varietas yang lebih unggul, dimana terciptanya suatu varietas yang lebih unggul
dapat dilakukan dengan cara melakukan persilangan buatan antara varietas -
varietas unggul yang telah ada.
1.2. Tujuan Praktikum
1.
Untuk mengetahui pengaruh
pemberian Pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
2.
Untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk hantu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
|
2.1. Pengertian
Kacang hijau
Kacang
hijau (Phaseolus radiates. L)
merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek, lebih kurang 60 hari.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan tanaman ini diklasifikasikan yaitu ; Devisi : Spermathopyta, Sub devisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Rosales, Famili : Leguminoseae, Sub family : Papilionaceae,
Genus : Vigna, Species : Phaseolus radiates L (Soeprapto, 1993).
Kacang hijau juga sangat mudah berkecambah, kecambah kacang hijau biasa kita
kenal dengan tauge. Kacang hijau dalam bentuk kecambah mengandung enzim-enzim
aktif salah satunya amylase yang membantu dalam metabolisme karbohidrat. Selain
rasanya yang gurih dan lezat, kacang hijau dan kecambahnya memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan.
Tanaman
kacang hijau dalam pertumbuhannya dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu tipe
tegak dan menjalar, yang umumnya dibudidayakan adalah tipe tegak yang tingginya
antara 30-60 cm, mempunyai batang dan daun berbulu (Soeprapto, 1993).
Daun
kacang hijau bertangkai tiga dengan bunga berwarna kuning dan polong berbentuk
bulat panjang antara 5-15 cm, tiap polong mempunyai 6-16 biji berbentuk bulat
panjang, umumnya lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacangan lainnya.
Kacang hijau mempunyai akar dengan cabang-cabang sempurna dan meluas, daya
produksi berbeda-beda tergantung varietasnya, pada lingkungan yang baik
produksi maksimum 2500-2800 kg/ha (Soeprapto, 1993).
Untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik, tanaman kacang hijau menghendaki suhu
optimum 25-270C dengan penyinaran minimal 10 jam perhari dengan kelembapan
rata-rata 65 %, tanaman kacang hijau tahan terhadap panas, tetapi tidak begitu
tahan terhadap kekeringa. Pertumbuhan kacang hijau akan baik pada curah hujan
700 mm pertahun dengan distribusi hujan merata (Badan Pusat Statistik Propinsi
Riau, 2003).
Kacang
hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki musim kemarau selama
pertumbuhannya dengan curah hujan 250-1000 mm pertahun dengan suhu 280C.
tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 500
m dpl permukaan laut (Soeprapto, 1993).
Menurut
Marzuki (2001) tanaman kacang hijau dapat tumbuh dengan baik pada berbagai
jenis tanah asalkan drainase baik, tetapi yang terbaik adalah jenis tanah
lempung biasa sampai yang mempunyai bahan organik tinggi. Kemasaman tanah ( pH
) 5,8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang hijau, sedangkan tanah yang sangat
asam tidak baik karena penyediaan makanan terhambat. Untuk memperoleh
produktivitas yang tinggi, maka teknik budidaya harus diperhatikan seperti
penggunaan varietas unggul, pemupukan dengan dosis yang tepat dan pengairan
yang baik.
Penyebaran
kacang hijau di Indonesia hampir merata di semua daerah. Dalam rangka
pembangunan pertanian, budidaya tanaman kacang hijau ini terus dikembangkan.
Melihat tingkat pengembangannya, tanaman kacang hijau akan memberikan prospek
yang cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian dimasa yang
akan datang, selain itu tanaman kacang hijau merupakan tanaman pangan yang
banyak diusahakan secara komersial.
Produksi
kacang hijau di Indonesia khususnya di Riau sampai sekarang masih rendah.
Perhatian masyarakat sampai saat ini terhadap kacang hijau masih kurang.
Kurangnnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai
perhektar masih rendah dan panen yang dikerjakan sampai beberapa kali, sehingga
sukar untuk menentukan masa panen yang tepat.
Pemuliaan
tanaman adalah merupakan ilmu dan kegiatan dalam menghasilkan suatu varietas
tanaman yang lebih baik dari tanaman yang sudah ada. Dalam hal ini salah satu
usaha yang dilakukan dalam pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas
tanaman yang lebih unggul yaitu dengan cara melakukan persilangan antar
varietas tanaman.
Dengan
perlakuan persilangan antar varietas tanaman tersebut maka akan dihasilkan
varietas tanaman yang lebih unggul, yaitu tanaman produksinya tinggi, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, kualitas tanamannya tinggi dan lain
sebagainya.
Untuk
mendapatkan varietas tanaman kacang hijau yang unggul salah satu usaha yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan persilangan antar varietas yang telah
ada, sehingga akan didapatkan varietas kacang hijau yang lebih baik dan lebih
unggul.
Salah
satu peran posfor (TSP)
adalah mendorong pertumbuhan tunas, akar tanaman, meningkat aktifitas unsur
hara lain seperti nitrogen dan kalium yang seimbang bagi kebutuhan tanaman.
Pada leguminosa, posfor berfungsi mempercepat fiksasi N dengan mendorong
pembungaan dan pembentukan biji dan buah serta mempercepat masak polong.
Berat
biji kering yang dihasilkan pada pemberian TSP yang tinggi merupakan
akibat terpenuhinya kebutuhan hara posfor yang diperlukan dalam pembentukan dan
pengisian biji serta polong. Peningkatan berat biji berhubungan dengan jumlah
polong yang dihasilkan. Tanpa pemberian TSP berat biji yang dihasilkan lebih
ringan dan terbentuknya jumlah cabang sedikit. Kekurangan posfor mengakibatkan
terlambatnya perkembangan akar, sehingga tanaman menjadi kerdil, laju respirasi
dan proses fotosintesis menurun.
Pupuk Hantu Multiguna Exclusive adalah pupuk
yang terbuat dari sari tumbuhan alami ( herbal ) berbentuk cream cair / pekat
berwarna putih kelabu. Biasanya tanaman kacang hijau diberikan dosis 5 cc / 1
sendok makan hantu dicampur dengan air 1 liter. Dimana pupuk hantu memiliki
kandungan sebagai berikut hormon
: GA3 98.37 ppm, GA5 107.13 ppm, GA7 131.46 ppm, Auksin IAA 156.35 ppm,
SITOKININ : Kinetin 128.04 ppm, Zeatin 106.45 ppm
Hormon tanaman unggul atau yang sering di sebut
pupuk hantu terbuat dari sari tumbuhan alami (herbal) berbentuk cream cair / pekat
berwarna putih kelabu. Digunakan dengan cara penyemprotan. hormon tanaman unggul (hantu) menjadikan tanaman
mempunyai daya tahan dan melebihi perkembangan
standar. terutama pada daun jadi lebar padat berisi, tunas akan bermunculan, bunga akan muncul,dari semua pori-pori
pohon, buah akan padat berisi, batang akan
mengalami pemekaran sel-selnya, akar akan berkembang pesat.
Organik Herbal,kandungan
utama hormon perangsang tumbuh dan NPK Plus,sehingga dapat merangsang
pertumbuhan dan pembuahan secara ekstrim abnormal. Manfaat Plus dengan
menggunakan pupuk “HANTU”juga dapat meminimalkan pemakaian pupuk kimia dan
bahkan tidak diperlukan lagi untuk mempergunakan pupuk lain cukup dengan
pupuk Hantu dijamin petani akan sangat senang karena panennya akan
melimpah ruah dengan biaya produksi yang sangat rendah.Dan keuntungan lain dari
Pupuk Hantu juga dapat menambah usia tanaman,tanah jadi lebih subur kembali
karena Zeatin.
III. BAHAN DAN METODA
3.1. Tempat dan
Waktu
Praktikum ini telah dilaksanakan di kebun percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau jalan Kaharudin Nasution Km. 11,
perhentian Marpoyan Pekanbaru. Praktikum inin berlangsung selama 3 bulan
terhitung dari bulan Oktober
2012 sampai bulan Desember 2012. Jadwal kegiatan Praktikum dapat dilihat pada
lampiran.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
benih kacang hijau, Pupuk Urea, TSP, KCL,
Pupuk Hantu, Curater 3G, Pupuk Kandang ayam, Dhitane M-45 dan lain-lain.
Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : cangkul, meteran,
plat perkebunan, paku, handsprayer, gembor, garpu, kamera, alat tulis, dan
lain-lain.
3.3. Rancangan Praktikum
Rancangan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Rancangan Acak lengkap dengan 2 faktorial. Factor pertama adalah Pemberian
dosis
pupuk Tsp dan factor kedua yaitu
Pemberian dosis pupuk hantu (H) dengan 4 (empat) taraf perlakuan masing-masing
terdiri dari 3 kali ulangan dan 6 tanaman sampel perplot/bedengan.
Faktor
T
yaitu :
T0 :
Tanpa TSp
T1 :
18 g/plot setara 50 kg/ha
T2 :
36 g/plot setara 100 kg/ha
T3 :
54 g/plot setara 150 kg/ha
T4 : 72
g/plot setara 200 kg/ha
Faktor
H yaitu :
H0 : Tanpa Perlakuan
H1 : 2 cc/L air
H2 : 4 cc/L air
H3 : 6 cc/L air
H4 : 8 cc/L
ait
Sehingga diperoleh 25 kombinasi perlakuan. Adapun kombinasi perlakuan
tersebut dapat dilihat pada table 1 dibawah ini :
Perlakuan
T
|
Perlakuan
H
|
||||
H0
|
H1
|
H2
|
H3
|
H4
|
|
T0
|
T0H0
|
T0H1
|
T0H2
|
T0H3
|
T0H4
|
T1
|
T1H0
|
T1H1
|
T1H2
|
T1H3
|
T1H4
|
T2
|
T2H0
|
T2H1
|
T2H2
|
T2H3
|
T2H4
|
T3
|
T3H0
|
T3H1
|
T3H2
|
T3H3
|
T3H4
|
T4
|
T4H0
|
T4H1
|
T4H2
|
T4H2
|
T4H4
|
3.4. Pelaksanaan Praktikum
1.
Persiapan Lahan
Lahan
praktikum yang digunakan di bersihkan dari gulma atau rumput menggunakan parang
atau cangkul . kemudian di cangkul untuk membentuk bedengan denga nukuran 1,2 m
x 6 m dengan ketinggian 50 cm dan jarak antar bedengan 50 cm setelah itu diberikan pupuk kadang sebanyak 1 karung
goni yang kering atau matang secara merata dalam 1 bedengan.
2.
Penanaman
Penanaman benih kacang hijau
dilakukan 2 minggu setelah pengolahan lahan dilakukan dengan satu tanaman
perlubang tanam dan jarak tanam 30 cm x 30 cm.
3.
Perlakuan
Pemberian
pupuk TSP dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu 7 hari setelah tanaman dan 21 hari setelah tanam,.
Pemberian dengan
dosis tiap pemberian yaitu 50% dari dosis perlakuan. Pemberian pupuk dilakukan dengan larikan. Sedangkan
perlakuan Pupuk Hantu deberikan 2 kali selama praktikum yaitu 21 HST dan 35 HST
dengan dosis sesuai perlakuan dan diberikan melalui penyemprotan.
4.
Perawatan
a.
Pemupukan
Pemupukan
yang diberikan selain perlakuan adalah pupuk Urea, KCL dan TSP dilakukan satu kali selama
praktikum. Dosis anjuran
pemberian Urea 50 kg/ha dan KCL 75 kg/ha untuk tanaman kacang hijau. Pemupukan
dilakukan pada saat 7 hari setelah tanaman dengan cara pemberian melalui
larikan disetiap baris tanam.
b.
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan gembor yang diaplikasikan satu kali sehari.
c.
Penanggulangan OPT
Pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) melalui penyiangan gulma dan penggunaan pestisida Dhitane M-45 yang diberikan melalui penyemprotan.
3.5. Parameter Pengamatan
1.
Tinggi Tanaman (cm)
Dilakukan
setelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam dengan interval pengukuran 2 minggu sekali mulai batas tanah
sampai daun tertinggi (urut kertas). Data hasil pengamatan ditampilkan dalam
bentuk tabel.
2. Umur Berbunga (hari)
Umur
berbungan di hitung bila tanaman yang berbunga minimal 50% dari total populasi
yang ada disetiap plot bedengan. Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk
tabel.
3. Umur Panen (hari)
Minimal
50% dari total populasi per bedengan telah memenuhi criteria panen. Panen
dilakukan sebanyak 3 kali dalam interval 7 hari. Data hasil pengamatan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
4. Jumlah Polong per plot (buah)
Menghitung
seluruh jumlah polong yang dipanen pada setiap tanaman sempel per plot. Data
hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel.
5. Berat Polong per Plot (g)
Menimbang
berat polong pada tiap-tiap tanaman sampel per plot. Data hasil pengamatan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
6.
Berat 100 biji (g)
Menimbang
berat 100 biji kacang hijau dengan timbangan analitik untuk mengetahui rerata
berat biji perbiji. Data hasil penimbangan ditampilkan dalam bentuk tabel
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi
tanaman (cm)
Hasil pengamatan terhadap
tinggi tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 2.
dibawah ini :
Sampel
|
Tinggi tanaman
(cm)
|
1
|
21.6
|
2
|
23
|
3
|
20.2
|
4
|
21
|
5
|
22
|
6
|
24.4
|
Jumlah
|
132.2
|
Rerata
|
22.03
|
Table 2. Tinggi tanaman kacang hijau
Data pada tabel 2. menunjukkan pupuk hantu
dapat dijelaskan bahwa rata-rata untuk tanaman tertinggi terdapat pada sampel 5 dan juga pengaruh dari pupuk hantu yang
bermanfaat untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman karena mengandung hormon
GA3 98.37 ppm.
4.3. Umur berbunga (hari)
Hasil pengamatan terhadap Umur berbunga yang telah
dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 4 :
Sampel
|
Umur berbunga
(hari)
|
1
|
28
|
2
|
28
|
3
|
28
|
4
|
28
|
5
|
28
|
6
|
28
|
Jumlah
|
168
|
Rerata
|
28
|
Table 4. umur bunga tanaman kacang hijau
Data
pada tabel 4. menunjukkan bahwa pupuk hantu tidak berpengaruh terhadap Umur
berbunga karenakan sedikitnya pemberian dosis pada tanaman kcang hijau.
4.4. Umur panen (hari)
Hasil pengamatan terhadap Umur panen yang telah dilakukan
dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini :
Sampel
|
Umur Panen
(hari)
|
1
|
65
|
2
|
65
|
3
|
65
|
4
|
65
|
5
|
65
|
6
|
65
|
Jumlah
|
390
|
Rerata
|
65
|
Table 5. umur panen tanaman kacang hijau
Data
pada tabel 5 menunjukkan bahwa pupuk hantu tidak berpengaruh terhadap Umur
Panen karena penyemprotan yang tidak merata. Terlihat dari umur panen setiap
tanaman yang tidak serempak, jadi dari situ Nampak jelas bahwa
perlakuan pupuk hantu tidak berpengaruh pada tanaman sampel.
4.5. Jumlah
polong per plot (buah)
Hasil pengamatan terhadap jumlah polong per plot yang
telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 6, dibawah ini :
Sampel
|
Jumlah polong
per plot (buah)
|
1
|
38
|
2
|
52
|
3
|
37
|
4
|
67
|
5
|
55
|
6
|
60
|
Jumlah
|
309
|
Rerata
|
51.5
|
Tabel 6. Jumlah
polong per plot tanaman kacang hijau
Data
pada tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk hantu dapat dijelaskan bahwa
rata-rata untuk Jumlah polong per plot yang paling banyak terdapat pada sampel 4. Di duga karena
pengaruh dari pupuk hantu yang mengandung fitohormon didalamnya. Dan juga di
duga pada saat pemberian perlakuan sampel 4 mendapatkan lebih pupuk hantu di
bandingkan dengan sampel lainnya.
4.6. Berat Polong Per Plot (g)
Hasil pengamatan terhadap Berat polong per plot yang
telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 7. dibawah ini :
Sampel
|
Berat polong
per plot (g)
|
1
|
33,3
|
2
|
45,8
|
3
|
36,6
|
4
|
54,2
|
5
|
47,5
|
6
|
53,0
|
Jumlah
|
270,4
|
Rerata
|
45,1
|
Tabel
7. berat polong per plot tanaman kacang
hijau
Data pada tabel 7. menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian dosis pupuk hantu berpengaruh terhadap berat polong per plot. Dapat
dilihat rata-rata paling rendah terdapat pada sampel 1, di duga saat
penyemprotan, sampel 1 tidak merata terkena pupuk hantu ataupun tanaman sampel
1 tertupup oleh tanaman yg lebih tinggi dari sampel 1.
4.7. Berat 100 biji (g)
Hasil pengamatan terhadap Berat 100 biji yang telah
dilakukan dalam pratikum dapat di lihat pada tabel 8. dibawah ini :
Sampel
|
Berat 100 biji
(g)
|
1
|
8,0
|
2
|
7,9
|
3
|
8,2
|
4
|
9,0
|
5
|
9,4
|
6
|
8,3
|
Jumlah
|
135,4
|
Rerata
|
22,5
|
Table
8 . berat 100 biji tanaman kacang panjang
Data pada tabel 8 menunjukan bahwa pemberian
pupuk hantu berpengaruh terhadap berat 100 biji di duga karena dosis yang di
berikan pas atau tidak lebih dan tidak kurang sehingga berat biji yang di
hasilkan lebih maksimal.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan pada
perlakuan T0H1 diketahui bahwa pupuk Hormon Tanaman Unggul
(Hantu) memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau sehingga
jumlah sampel yang didapatkan berbeda beda.
B. Saran
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah saya ikuti maka saya
menyarankan agar praktek yang kita lakukan ini berjalan dengan jadwal
yang telah dijadwalkan sehingga tidak membuat mahasiswa/I kebebingungan atau
keropan dalam membuat laporan yang harus dikerjakan atau dikumpulkan
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati,
Andi Apryani. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Agronomi. Jurusan Agronomi-Faperta
Untirta. Serang.
Harjadi,
M.M. Sri Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. Gramedia: Jakarta.
Nyakpa,
M. Yusuf, et al. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Soeprapto.1993.
Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tjirosoepomo,
Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Duriat, A.S. dan S.
Sastrosiswojo.1995. Pengendalian hama
dan penyakit terpadu pada agribisnis
cabai. Jakarta:Penebar Swadaya
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultur di Indonesia (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press 1989).
Purwono
dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomo,
H. 2008. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id www.puslittan.bogor.net (Diakses Pada
Tanggal 2 September 2011).
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Praktikum
|
Bulan/Tahun 2012
|
|||||||||||||||
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Pembagian
lahan dan persiapan lahan
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengolahan
lahan
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemupukan
dasar
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penanaman
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemberian
pupuk
(NPK, KCL,
TSP)
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemberian
plang nama
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyiangan
bukan sampel
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
Penyiangan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
Penghitungan
cabang primer
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
Pengukuran
tinggi
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
Penghitungan
polong
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
Panen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
Penimbangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
Pembuatan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
Lampiran 2. Dokumentasi
Gambar 1. Plot
Perlakuan T0H1
Gambar 2. Pemberian Perlakuan
Gambar 3.
Tanaman saat dimakan hama Gambar
4. Pemberia Insektisida
Gambar 5.
Tanaman Saat Berbuah Gambar 6. P. Tinggi Tanaman
Gambar 5.
Polong yang sudah dikupas Gambar 6.
Tanaman yang sedikit buah
bagus makalahnya
BalasHapus