Selasa, 08 Oktober 2013

laporan agronomi tanaman Hortikultura ( ATH )



I.  PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Perbanyakan secara generatif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam proses pembiakan tanaman. Melaui perbanyakan generatif, biji yang telah memenuhi syarat ditanam hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak. Biji yang ditanam tersebut merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi.
Keuntungan perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya yang relatif murah, penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila disimpan dalam lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk untuk respirasi dan kegiatan enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun demikian terdapat pula kelemahan pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman heterozigot, sehingga dihasilkan beberapa tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama dengan induknya
Dalam kegiatan budidaya tanaman istilah biji, benih, dan bibit mempunyai pengertian berbeda. Istilah biji digunakan untuk menyebut bagian tanaman yang berfungsi sebagai unit penyebaran tanaman secara alamiah. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa campur tangan manusia.
Benih diartikan sebagai biji tanaman yang telah mengalami pelakuan dan akan digunakan untuk tujuan perbanyakan tanaman. Menurut Sadjad (1993) biji tumbuh kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya dikatakan biji tersebut berfungsi sebagai benih. Contoh durian yang memang sengaja ditanam tanpa dipelihara sekalipun, akhirnya menjadi tanaman durian, biji yang ditanam itu adalah benih durian.
Bibit adalah tanaman muda yang sudah tumbuh dipersemaian dan siap dipindah ke lokasi penanaman. Contoh benih padi sawah sebelum ditanam disawah dilakukan penyemaian, setelah tanaman berumur 21 hari dipersemaian dapat dipindah dan ditanam di sawah.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua induk tanaman. Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk yang akan ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil perbanyakan secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif) dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan cangkok, terutama tanaman buah atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar tunggang sehingga tanaman tidak terlalu kuat atau mudah roboh. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiis atau penangkar pemula.

1.2.Kompetensi Dasar
Adapun kompetensi yang di inginkan dalam praktikum ini ialah :
1.      Mahasiswa mengetahui teknik – teknik perbanyakan tanaman.
2.      Mahasiswa trampil dalam melakukan perbanyakan tanaman


1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah :
1.      Untuk mengetahui cara perbanyakan generatif pada tanaman.
2.       Untuk mengetahui cara perbanyakan vegetatif pada tanaman.

















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Perbanyakan Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Ashari, 1995).
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut Faktor geografik sebagai faktor loaf (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di muka bumi ini dapat digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau sepanjang tahun, berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau sepanjang tahun, rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan jarum hijau sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran tumbuhan berdaun lebar hijau sepanjang tahun dan masa gugur daun (Basri, 1998).
Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif tanaman adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia secara melimpah. Beberapa variasi biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut menjadikan adanya teknik yang berbeda dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan dan lama penyimpanan menjadi faktor pembatas dalam perbanyakan generatif ini. Ada biji tanaman hutan yang langsung ditabur pada bak persemaian namun ada juga biji tanaman hutan yang dapat disimpan datam waktu lama sebelum ditabur.
Dikenal dua tipe yaitu:
  1. Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum dikecambahkan. Contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung, ulin, merbau dan lain-lain.
  2. Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai imba, kuini, turi dan lain-lain.
Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut perlaküan yang berbeda baik dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat kecambah (skarifikasi), dan penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika jenis tanaman hutan tersebut sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka biji segera dipanen. Setelah biji dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan adalah penaburan di bedeng semai.

2.2.       Perbanyakan Secara Vegetatif
            Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian – bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Bahan tanaman yang berasal dari bagian vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan secara vegetatif ( benih ) maupun perbanyakan secara vegetatif ( bibit ), kedua – duanya digunakan petani karena masing – masing mempunyai kelebihan.
            Selain itu setiap jenis tanaman mempunyai sifat spesifik dalam kaitanyan dengan bahan tanaman ini. Tanaman – tanaman seperti : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, gamdum, kelapa sulit diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi, kakao,tebu, ubikayu, ubijalar, dan lainya lebih baik diperbanyak secara vegetatif.
2.2.1.    Siklus hidup aseksual atau vegetatif
            Pada perbanyakan secara aseksual atau vegetatif genotip dari tanaman induk diwarisi secara sempurna. Bagian – bagian tanaman pada fase siklus seksual maupun dapat digunakan sebagai bahan tanaman awal. Bahan yang dipilih untuk perbanyakan karena sifat vegetatifnya dan diambil sebelum mencapai fase dewasa akan tetapi menunjukan sifat juvenilnya. Bahan tanaman yang dipilih karena sifat bunga dan buahnya tidak lagi menunjukan sifat juvenilnya ataupun transisinya dan tetap secara biologis dewasa.
            Dengan demikian perlu dikatahui fase vegetatif dan fase pembungaan. Fase vegetatif adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan akar dan batang, peningkatan volume tanaman dan perluasan daun. Pada fase pembungaan perpanjangan batang berakhir dan beberapa titik tumbuh berubah menjadi kuncup dan akhirnya membentuk buah dan biji.
            Perbanyakan secara vegetatif mencakup beberapa cara antaralain : stek ( batang, akar dan daun ) okulasi dan penyambungan tidak seperti perbanyakan secara generatif yang dapat di tanam langsung dilapangan, kecuali untuk benih yang berukuran kecil, untuk perbanyakan secara vegetatif biasanya perlu disemaikan dulu sebelum ditanam dilapangan.
Persemaian, diperlukan dengan maksud untuk :
a.           Memudahkan pemeliharaan tanaman, misalnya penyiraman yang harus dilakukan pagi dan sore
b.          Menyediakan media tanam yang sangat bagus, misalnya permukaan tanah halus dan bila perlu dicampur pasir
c.           Mengurangi biaya dan tenaga kerja, misalnya bila harus menggunakan naungan daripada membuat naungan tersebar diseluruh lahan lebih murah membuat naungan dibedengan persemaian
d.          Memeberi kesempatan menyeleksi tanaman yang baik untuk dipindah dilapangan sehingga akan mengurangi persentase sulaman, dan
e.           Pada jenis – jenis tanaman tertentu dengan transplanting ( pindah tanam ) memungkinkan diperoleh pertumbuhan tanaman dan diperoleh pertumbuhan tanaman dan hasil panen yang lebih tinggi.

2.2.2.    Perkembangbiakan vegetatif ada dua jenis
Perkembangbiakan vegetatif alami dan perkembangbiakan vegetatif buatan. Perkembangbiakan vegetatif yang terjadi dengan sendirinya tanpa bantuan manusia dinamakan vegetatif alami. Sebaliknya, perkembangbiakan vegetatif yang melibatkan bantuan manusia disebut vegetatif buatan.
-          Perkembangbiakan vegetatif alami
Perkembangbiakan vegetatif alami dimulai dari tumbuhnya tunas pada bagian tumbuhan. Tunas selanjutnya akan menjadi tanaman baru. Pada umumnya, tunas tumbuh pada ruas batang, ketiak daun, ujung akar, dan tepi daun. Tunas yang tumbuh pada ujung akar atau tepi daun disebut tunas adventif Jika tunas tumbuh dekat induknya dinamakan rumpun, seperti rumpun bambu dan rumpun pisang. Berikut ini jenis-jenis perkembangbiakan secara vegetatif alami :
a.       Akar tinggal
Akar tinggal (rizoma) adalah batang yang tumbuh menjalar dalam tanah atau disebut juga akar tinggal, akar rimpang, atau akar tongkat. Tanaman yang berkembang biak dengan akar tinggal adalah lengkuas, jahe, alang-alang, kunyit, dan temulawak dan lain-lain.

b.      Umbi lapis
Bagian tanaman yang membengkak dalam tanah karena menyimpan cadangan makanan disebut umbi. Umbi lapis merupakan umbi yang berlapis-lapis dan tumbuh tunas di tengahnya. Umbi lapis baru yang berasal dari ketiak terluar akan tumbuh membentuk tunas. Pada umbi lapis, tunas tumbuh di antara daun dan cakram. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan umbi lapis di antaranya adalah bawang, bunga bakung, bungan tulip, dan lain-lain.
c.       Umbi akar
Umbi akar merupakan bagian akar yang membesar karena berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Umbi akar dapat tidak mempunyai tunas dan tidak berbuku-buku. Tanaman yang berkembang biak dengan umbi akar, misalnya wortel dan dahlia
d.      Umbi batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh membengkak dalam tanah. Bagian ini sesungguhnya merupakan cadangan makanan yang disimpan pada bagian batang. Jika umbi ini ditanam, tunas dapat tumbuh dan menjadi tanaman baru. Contohnya adalah kentang dan ubi jalar.
e.       Geragih (stolon)
Geragih adalah batang yang tumbuh dan menjalar di permukaan tanah. Geragih tersusun atas ruas-ruas. Setiap ruas yang menempel pada tanah akan membentuk akar dan tumbuh tunas baru. Tanaman baru akan tumbuh pada ruas-ruasnya dan tidak bergantung pada induknya. Jenis tanaman yang berkembang biak dengan geragih di antaranya adalah stroberi, pegagan atau antanan, dan rumput teki.
f.       Tunas adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh di luar bagian batang. Tunas ini tumbuh pada tepi daun, seperti cocor bebek. Selain pada tepi daun, tunas ini dapat tumbuh pada akar, seperti suskun dan kesemek.
g.      Spora
Spora terdapat pada tumbuhan paku, lumut, dan jamur. Spora terdapat di dalam kotak spora yang terletak di tepi daun tumbuhan paku. Contoh tumbuhan paku yang sering kita lihat untuk tanaman hias adalah suplir. Pada tepi daun suplir terdapat butiran yang merupakan kotak spora. Spora ini merupakan alat perkembangbiakan tanaman suplir.
-          Perkembangbiakan vegetatif buatan
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, cepat berbuah, dan menyerupai induknya, pembiakan ini sengaja dibantu manusia. Tujuannya adalah untuk memperoleh tumbuhan baru dengan cepat dan tidak bergantung pada musim. Pembiakan secara vegetatif buatan di antaranya adalah cangkok, stek, okulasi, enten, dan runduk. Berikut ini beberapa cara pembiakan secara vegetatif buatan :
a.       Cangkok
Mencangkok adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki beberapa kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut, sehingga mudah tumbang/roboh dan umur tanaman lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang di tanam dari biji.
b.      Stek
Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang tumbuhan tersebut.  Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek tangkai dapat dilakukan pada tanaman mawar. Contoh tanaman yang dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar.  
c.       Sambung/Enten
Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung.


d.      Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada batang tanaman sejenis yang akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat. 
e.       Merunduk
Merunduk adalah membengkokkan sebagian cabang kemudan membenamkannya ke dalam tanah. Pada batang yang ditimbun tersebut diharapkan tumbuh akar. Tumbuhan yang dapat dikembangbiakkan dengan merunduk di antaranya arbei, apel, tebu, stroberi, dan melati.  













III. BAHAN DAN METODA

A.      Tempat dan Waktu
Praktikum ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau jalan Kaharudin Nasution Km. 11, perhentian Marpoyan Pekanbaru. Praktikum inin berlangsung selama 3 bulan terhitung dari bulan Maret 2013 sampai bulan Mei 2013. Jadwal kegiatan Praktikum dapat dilihat pada lampiran.

B.       Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : tali rafia, polybag, biji tanaman generatif ( cempedak, durian, asam jawa ),  bahan tanaman stek ( sirih merah, mawar ), growaton, plastik lilin, pukan, dan lain - lain. Sedangkan
A
lat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : cangkul, meteran, plat perkebunan, paku, gunting stek, pisau okulasi, handsprayer, gembor, kamera, alat tulis, dan lain-lain.

C.      Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Naungan dan Media Tanam Dalam Pilybag
Naungan dibuat dengan ukuran tinggi 1.5 m dan panjang 5 m. polybag yang digunakan adalah polybag yang berukuran sedang ( 20 x 30 ), dengan melakukan pengisian tanah dengan campuran pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2:1 Media tanam diletakan pada para – para/ naungan.


2. Penanaman
            Penanaman biji dan bahan stek dilakukan pada media tanam dengan jumlah satu biji untuk setiap polybag dengan memperhatikan stek pertumbuhan dari biji.
3. Perawatan
a. Penyiraman
                        Penyiraman dilakukan dengan gembor yang diaplikasikan satu kali sehari.
b. Penanggulangan OPT
                        Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui penyiangan gulma dan penggunaan pestisida Dhitane M-45 yang diberikan melalui penyemprotan.

D.      Parameter Pengamatan
                   Adapun para meter yang diambil dalam Praktikum diantaranya :
1.        Umur Munculnya Tunas atau Jaringan Maristem (hari)
                   Pengamatan umur munculnya tunas dilakukan dengan menghitung jumlah hari ketika munculnya tunas pada tanaman, dengan menentukan 3 sampel.
2.        Jumlah Tunas (batang)
            Pengukuran jumlah tunas dilakukan pada tanaman yang dilakukan perbanyakan vegetatif secara stek, dengan menentukan 3 sampel.
3.        Jumlah Daun Pertanaman (helai)
            Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman sudah menampakan daun setiap 3 sampel yang dilakukan.



4.        Tinggi Tanaman (cm)
            Dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu setelah tanam dengan interval pengukuran 1 minggu sekali mulai dari batas tanah sampai daun tertinggi (urut kertas), untuk 3 sampel yang telah ditentukan
5.        Panjang Tunas (cm)
            Pengukuran panjang tunas dilakukan dengan mengukur panjang tunas yang dihasilkan dengan mengukur dari pangkal tunas dengan 3 sampel yang ditentukan.


















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Perbanyakan Generatif
1.      Umur Munculnya Tunas atau Plumula ( Minggu )
                  Hasil pengamatan munculnya tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini :
Minggu
Sampel
Biji
Cempedak
Durian
Asam Jawa

1
9
14
7
2
14
16
10
3
12
11
9
Jumlah
35
41
26
Rata – Rata
11.67
13.67
8.67
            Table 1. Pengamatan Umur Munculnya Tunas Per Tanaman ( batang )
Data pada tabel 1. Menunjukan bahwa dalam proses biokimia untuk memunculkan tunas memerlukan waktu yang lumayan lama sampai seminggu atau pun lebih.

2.      Jumlah Daun ( Helai )
Hasil pengamatan jumlah daun per tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini :
Minggu
Sampel
Biji
Cempedak
Durian
Asam jawa

1
4.5
7
16.03
2
4.21
7.42
15.79
3
4.52
7.12
15.92
Jumlah
13.23
21.54
47.74
Rata – Rata
4.41
7.18
15.91
              Table 2. Pengamatan Jumlah Daun Per Tanaman ( helai )
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan sampel satu dengan sampel lainya berbeda baik pada tanaman cempedak, durian dan asam jawa mungkin dipengaruhi oleh pupuk kandang yang diberikan kurang merata pada sampel.
3.      Tinggi Tanaman ( Cm )
Hasil pengamatan tinggi tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 3, dibawah ini :
Minggu
Sampel
Biji
Cempedak
Durian
Asam jawa

1
26
35.83
26.83
2
24.08
39.88
26.83
3
20.58
36.92
26.75
Jumlah
70.66
112.63
80.41
Rata – Rata
23.55
37.54
26.
              Tabel 3. Pengamatan Tinggi Tanaman ( cm )
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman sangatlah cepat  karna terlindungi oleh naungan sehingga cahaya matahari tidak dapat diserap secaara optimal oleh tanaman sehingga mengakibatkan tanaman menjadi tinggi karna adanya pemanjangan sel

B.       Perbanyakan Vegetatif
1.      Umur Munculnya Tunas atau Plumula ( Hari )
                  Hasil pengamatan munculnya tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini :
Minggu
Sampel
Stek
Mawar
Sirih

1
7
14
2
6
16
3
9
17
Jumlah
22
47
Rata – Rata
7.33
15.67
                        Table 1. Pengamatan Umur Munculnya Tunas ( batang )
Data pada tabel 2. Menunjukkan bahwa pertumbuahan tunas sirih sangatlah lambat dan membutuhkan waktu yang lama dari pada tanaman mawar mungkin diakibatkan suhu atau curah hujan kurang cocok oleh tanaman sirih.

2.      Jumlah Daun ( Helai )
Hasil pengamatan jumlah daun per tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini :
Minggu
Sampel
Stek
Mawar
Sirih

1
19.8
4
2
20.6
5
3
17
7
Jumlah
57.4
16
Rata – Rata
19.13
5.33
                         Table 2. Jumlah daun tanaman mawar dan sirih
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun setiap tanaman berbeda baik tanaman sirih atau pun mawar, mungkin ini disebabkan oleh jumlah pupuk dan air tidak seimbang dalam pemberian, atau proses biokimia antara tanaman satu dengan yang lain berbeda

3.      Jumlah Tunas
Hasil pengamatan jumlah tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 3, dibawah ini :
Minggu
Sampel
Stek
Mawar
Sirih

1
1
2
2
2
2
3
1
1
Jumlah
4
5
Rata – Rata
1.33
1.66
                         Tabel 3. Jumlah tunas tanaman mawar dan sirih
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tunas yang tumbuh sangat lah lambat dikarnakan proses biokimia antara tanaman satu dengan yang lainya berbeda.

4.      Panjang Tunas ( Cm )
Hasil pengamatan panjang tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 4, dibawah ini :
Minggu
Sampel
Stek
Mawar
Sirih

1
6.5
4
2
6
5
3
7
4.5
Jumlah
19.5
13.5
Rata – Rata
6.5
4.5
                           Tabel 4. Pengamatan Panjang Tunas
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa setiap minggu panjang tunas selalu bertambah dikarnakan adanya proses pertumbuhan yang ada pada tanaman tersebut sangatlah baik.

5.       
a.       Cangkok
Mencangkok adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki beberapa kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut, sehingga mudah tumbang/roboh dan umur tanaman lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang di tanam dari biji.
Berikut adalah cara  mencangkok tanaman. Sediakan Alat dan bahan yang digunakan dalam mencangkok, antara lain : tali pengikat/rafia, pisau yang tajam, serabut kelapa atau plastik, gunting, tanah yang subur , dan cabang/ranting yang akan kita cangkok.
Langkah - langkah mencangkok adalah sebagai berikut berikut :
-          Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
-          Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
-          Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
-          Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.  
-          Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan plastik,lubangi plastiknya terlebih dahulu agar air siraman bisa keluar dan tanah tidak terlalu basah.
-          Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari (jika musim kemarau).
-          Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, kemudian tanam di pot. Setelah tumbuh dengan baik baru ditanam di tanah.
b.      Stek
Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang tumbuhan tersebut.  Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek tangkai dapat dilakukan pada tanaman mawar. Contoh tanaman yang dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar.  
c.       Sambung/Enten
Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung.



Berikut ini adalah cara mengenten tanaman :
Alat dan bahan : pisau/cutter yang steril, tali rafia, dua jenis tumbuhan (terung dan tomat) 
Cara menyambung tanaman :
-          Pilih tanaman untuk batang bawah dan batang atas yang sehat. Batang bawah berdiameter lebih besar daripada batang atas.
-          Gunakan pisau steril dan tajam, untuk memotong batang bawah dengan bentuk huruf V, dan potong batang atas dengan bentuk V terbaik. Panjang batang atas idealnya 3-8 cm.
-          Masukkan batang atas tersebut ke dalam celah batang bawah, lalu ikat sambungan itu dengan sealtape, atau potongan plastik bening (dari kantong plastik gula pasir). Usahakan sambungan tidak terkena air.
-          Untuk mengurangi penguapan dan mempercepat tumbuhnya tunas, sisakan 2-4 helai daun pada batas atas; dan potong daun tersebut menjadi setengahnya atau pangkas semua daun.
-          Bungkus batang yang disambung tadi dengan kantong plastik, dan letakkan di tempat teduh selama sekitar 7-10 hari.
-          Dalam kurun waktu itu akan terlihat munculnya tunas daun. Buka kantong plastiknya; dan taruh di bawah matahari. 
d.      Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada batang tanaman sejenis yang akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat. 
Berikut ini adalah cara mengokulasi tanaman :
Alat dan bahan : tali rafia, pisau/cutter, duua jenis tumbuhan ( batang bawah dan batang atas).
Langkah-langkah mengokulasi tanaman :
-          Siapkan batang bawah, umur tanaman tergantung dari jenis tanaman apa yang akan diokulasi. 
-          Siapkan batang atas berupa kulit kayu dan mata tunas dari induk tanaman yang berkualitas baik dan memiliki sifat unggul. 
-          Iris dan sayat batang bawah dengan panjang 2-3 cm, lebar 1-1,5 cm.  
-          Sisipkan mata tunas ke irisan yang telah dibuat pada batang bawah, lakukan dengan cepat. Jangan sampai luka sayatan kering. Pastikan tidak ada celah antara luka sayatan dengan mata tunas.
-          Ikat tempelan menggunakan tali rafia, arah pengikatan dari bawah ke atas sehingga tali tersusun rapat seperti genting dan tidak ada celah kecuali pada bagian mata tunas.
-          Setelah 2 minggu, lihat mata tunas. Jika berwarna hijau kemerahan atau hitam berarti okulasi gagal. Sedangkan jika warnanya masih hijau segar dan melekat pada batang pokok berarti okulasi berhasil dan ikatannya sudah boleh dilepas. Waktu pengikatan bisa sampai 3 minggu.
-          Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, segera potong batang yang berada di atas mata tempelan, tujuannya agar sumber makanan tertuju pada tunas dari tempelan. Jika tidak, tempelan akan mati. Panjang pemotongan batang dan jarak pemotongan dari mata tempelan berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman yang diokulasi. (sumber : Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja (BBPPK) Lembang ).















V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
            Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan saya menangkap bahwa perbanyakan secara vegetativ dan generative sangat menguntungkan dan meminimalisikan pengeluaran dalam proses budidaya sehingga tujuan dalam budidaya tersebut tercapai dengan maksimal.
B. Saran
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah saya ikuti maka saya  menyarankan agar praktek yang kita lakukan ini berjalan dengan jadwal yang telah dijadwalkan sehingga tidak membuat mahasiswa/I kebebingungan atau kerepotan dalam membuat laporan yang harus dikerjakan atau dikumpulkan.










DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Andi Apryani. 2007. Petunjuk Praktikum Agronomi Tanaman Hortikultura I. Jurusan Agronomi-Faperta Untirta. Serang.
Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. Gramedia: Jakarta.
Nyakpa, M. Yusuf, et al. 1988. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Penerbit Universitas Lampung.  Lampung.
Soeprapto.1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tjirosoepomo, Gembong. 2004. Perbanyakan Tanaman Secara Generatif . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Duriat, A.S. dan S. Sastrosiswojo.1995. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada     agribisnis cabai. Jakarta:Penebar Swadaya
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultur di Indonesia   (Yogyakarta: Gajah Mada University Press 1989).
Purwono dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan Unggul.         Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomo, H. 2008. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id            www.puslittan.bogor.net (Diakses Pada Tanggal 2 September 2011).





Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

No

Kegiatan Praktikum
Bulan/Tahun 2012
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1

Persiapan Naungan
X















2
Pemasangan Label

X














3
Pengisian Polibeg


X













4
Penanaman



X












5
Pengukuran tanaman
Generatif




X
X
X
X
X
X
X
X




6
Pengukuran tanaman
Vegetatif




X
X
X
X
X
X
X
X




7
Penyiangan sampel






X
X
X
X
X





8
Pembuatan laporan













X