LAPORAN
PRAKTIKUM
HIDROLOGI PERTANIAN
DISALURAN
IRIGASI PETAPAHAN KAB.KAMPAR
PEKANBARU
OLEH :
AGUS
ISTANTO
114210076
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012/2013
LAPORAN
PRAKTIKUM
HIDROLOGI PERTANIAN
DISALURAN
IRIGASI PETAPAHAN KAB.KAMPAR
PEKANBARU
OLEH :
NAMA : AGUS ISTANTO
NPM : 114210076
PROGRAM STUDI : AG RIBISNI
MENYETUJUI
Dosen
Pengasuh Asisten Dosen
Ir.T. Edi Sabli, M.Si Agus Salim
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur atas
Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul’’ Manfaat Bendungan
Petapahan”.
Laporan ini saya
susun untuk memenuhi tugas Hidrologi Pertanian, Atas terselesaikannya laporan
ini, saya ucapkan terima kasih kepada Ir.T. Edi Sabli, M.Si selaku dosen
matakuliah dasar-dasar agronomi dan terima kasih Kepada Agus, hendrik selaku asisten dosen (asdos) juga Orang tua
yang memberi dukungan moril maupun materil Dan kepada semua pihak yang membantu
dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis sudah berusaha dengan semaksimal mungkin
melaksanakan penulisan Laporan ini dengan baik, Jika menurut Bapak/Ibu dan
saudara masih ditemukan kekurangan dan kelemahannya, segala kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan ini . Dan atas bantuan semua
pihak, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Pekanbaru,
Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... iv
I. pENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar belakang............................................................................... 1
B.
Tujuan penelitian ........................................................................... 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................... 3
III. bahan dan metode................................................................ 7
A.
tempat dan waktu.......................................................................... 7
B.
bahan dan alat ............................................................................... 7
C.
Rancangan penelitian ................................................................... 7
E.
pelaksanaan penelitian .................................................................. 8
F.parameter pengamatan ................................................................... 10
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN....................................................... 11
A.
tingggi tanaman............................................................................... 11
B.
umur berbunga................................................................................ 11
C.
umur panen..................................................................................... 12
D.
jumlah polong per plot..................................................................... 13
E.
berat polong per plot....................................................................... 13
F.
berat 100 bji..................................................................................... 14
V. KESIMPULAN
DAN SARAN........................................................ 15
RINGKASAN........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16
LAMPIRAN........................................................................................... 17
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1.
Rerata tinggi tanaman (cm)................................................................ 11
2.
Rerata Umur berbunga...................................................................... 11
3.
Rerata Umur panen........................................................................... 12
4.
Rerata Jumlah polong per plot........................................................... 13
5.
Rerata berat polong per plot.............................................................. 13
6.
Rerata Berat 100 biji.......................................................................... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................. 17
2. Dokumentasi penelitian..................................................................... 18
I.
PENDAHULUAN
|
1.1 Latar Belakang
Air merupakan
sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh
semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan denagan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagi kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air.
Selain itu bagi
biota perairan, misalnya ikan, udang, kerang, dan lain-lain, air berfungsi
sebagai media, baik sebagai media internal maupun external. Sebagai media
internal, air berfungsi sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut
bahan makanan keseluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan
dari dalam tubuh, dan sebagai pengatur atau penyangga suhu tubuh. Semantara
media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya. Oleh karena itu peran air
bagi kehidupan biota perairan sangat penting atau esensial maka dalam budidaya
perairan, kuantitas dan kualitasnya harus dijaga sesuai dengan kebutuhan
orgainisme yang dibudidayakan.
1.2 Tujuan Dan
Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.2.1. mengetahui kualitas sungai petapahan tersebut.
1.2.2.
Bagaimana dan apa saja habitat yang mampu hidup di dalamnya.
1.2.3. menambah
keterampilan dalam penggunaan alat – alat penelitian.
Manfaat penelitian ini dapat memberi
informasi mengenai kualitas sungai siak dan kelimpahan plankton serta dapat
juga menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang ada kaitannya dengan
lingkungan hidup.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
|
2.1
Tentang air
Air murni merupakan suatu persenyawaan
kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen berkaitan
dengan satu atom oksigen, secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O.
Air serta bahan-bahan dan energi yang dikandung di dalamnya merupakan
lingkungan bagi jasad-jasad air.
Pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada
di dalamnya, yaitu:fat (1) dengan
sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tempat hidup tumbuh-tumbuhan
dan hewan, dan (2) dengan sifat-sifat kimianya sebagai bembawa zat-zat hara
yang di perlukan bagi pembentukan bahan-bahan organik oleh tumbuh-tumbuhan
dengan produksi perimernya.
Air mempunyai
sifat yang khusus di antara zat-zat cair karena molekul- molekulnya cendrung
membentuk kelompok atau agregasi akibat sifat-sifat listriknya dan sifat-sifat
tersebut bergantung pada suhu. Pada suhu rendah molekul-molekul air tersusun
dalam bidang empat, yaitu satu molekul berada di tengah-tengah dan empat
molekul di sudut suatu bidang empat. Struktur seperti ini terdapat dalam bentuk
es.
2.2
karakteristik air
Air memiliki karakteristik yang khas
tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut
(Dugan, 1972;Hutchinson, 1975;Miller,
1999).
1. Pada kisaran
suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00 C (320 F)- 1000
C, air berwujud cair. Suhu 00 merupakan titik beku(freezing point) dan suhu 1000 C
merupakan titik didih (boiling point)
air. Tanpan sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh makhluk
hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan lain akan
berada dalam bentuk gas atau padatan; sehingga tidak akan terdapat kehidupan di
muka bumi ini.
2. Perubahan suhu
air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpanan panas
yang sanagat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun
dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadi nya
stress pada makhluk hidup[ karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan
memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini menyebabkan air
sangat baik di gunakan pendingin mesin.
3. Air memerlukan
panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan adalah proses air menjadi
uap uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar.
2.3 Siklus
Hidrologi
Air
merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
berlimpah-limpah. Namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan
manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Air tawar yang
tersedia selalu mengalami siklus hodrologi. Pergantian total air sungai
berlangsung 18-20 tahun. Sedangkan pergantian uap air yang terdapat di
atsmosfer berlangsung sekitar dua belas hari dan b-pergantian air tanah dalam
membentuk waktu ratusan tahun ( Miller,
1992).
Air
tawar yang dapat dikonsumsi tersebar secara tidak merata karena adanya
perbedaan curah hujan tahunan. Wilayah yang kaya akan air di daerah tropis dan
daerah yang memiliki empat musim atau ugahari, sedangkan wilayah yang miskin
air terdapat di daerah kering. Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi
dan presipitasi . Air yng terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air di
lapisan atsmosfer melalui proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh
tanaman,
Air
yang jatuh sebagai hujan tidak sema air
yang dapat mencapai permukaan tanah sebagian tertahan oleh vegetasi dan
pembangunan. Sebagian air yang mencapai permukaan tanah akan masuk kedalam
tanah dan menjadi air tanah melalui proses infiltrasi. Kuantitas air yang
mampu diserap oleh tanah tergantung pada kondisi fisik tanah, misalnya bobot
isi, permeabilitas, dan struktur tanah. Sebelum mencapai jenuh, air masih dapat diserap oleh tanah. jika telah
melebihi kejenuhan, air hujan yang jatuh
ke permukaan tanah akan di alirkan sebagian lapisan permukaan kedalam air. Air
yang masuk kedalam
tanah akan mencapai akifer.
2.4 Air
Permukaan
Air
tawar berasal dari dua sumber, air
permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan
badan air lain, yang tidak mengalami inflitrasi kebawah tanah. Areal tanah yang
mengalirkan air kesuatu badan air di sebut watersheads atau drainage basins.
Perairan permukaan diklasifikasikan
menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang dan badan air mengalir.
1. Perairan Tergenang (Letik)
Perairan tergenang meliputi danau,
kolam, waduk, rawa, dan sebagainya. Perairan tergenang, khususnya danau,
biasanya mengalami stratifikasi secara vertical akibat perbedaan intensitas
cahaya dan perbedaan suhu pada kolam air yang terjadi secara vertical.
2. Perairan Mengalir (Lotik)
Salah satu contoh
perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan
relative kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola dreinase. Pada perairan sungai,
biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak berbentuk
statifikasi vertical kolam air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus,
erosi, dan sedimentasi merupkan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga
kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
2.5 Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada
dibawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah
sangat lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh
porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air.
Karakteristik yang utama membedakan air tanah
dari air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat mencapai
puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu
tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika
mengalami pencemaran.
Daerah dibawah tanah yang terisi air
tersebut daerah saturasi. Pada saturasi, setiap pori tanah dan batuan terisi
oleh air, yang merupakan air tanah. Batas atas daerah saturasi disebut water table, yang merupakan
peralihan antara daerah saturasi yang banyak mengandung air dan daerah belum
saturasi/jenuh yang masih mampu menyerap air. Jadi, daerah saturasi berada di bawah
daerah unsaturated.
Pada dasarnya, air tanah berasal
dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun secara
tak langsung dari air sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya. Air yang
terdapat di rawa-rawa sering kali dikategorikan sebagai peralihan antara air
permukaan dan air tanah. Dinamika pergerakan air tanah pada hakikatnya terdiri
atas pergerakan horizontal air tanah, infiltrasi air hujan, sungai, danau, dan
rawa ke lapisan akifer, dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui
spring, pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan
tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.
2.6 Parameter Fisika
Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk
menentukan kualitas air meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna,
konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, padatan tersuspensi, dan
saliinitas.
2.7 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian dari
cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen, dari beberapa
panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat sekitar satu meter, jatuh
agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai
kedasar perairan di pengaruhi oleh benda halus yang disuspensikan, seperti
lumpur dan sebagainya, adanya jasad-jasad renik (plankton), dan warna air.
Dengan
mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih
ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah
yang tidak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan
tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
2.8 Suhu
Menurut Irianto (2005) Organisme air memiliki
derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan
bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap
penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu diluar
kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinka air
mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres
pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung.
Suhu
dipengaruhi aktivitas metabolism organisme, karena itu penyebaran organisme
baik dilautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan
tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap di kehidupan dan pertumbuhan biota
air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat
menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan
suhu sampai ekstrim (dratis).
Distribusi suhu secara vertical perlu
diketahui karena akan mempengaruhi distribusi mineral dalam air kemungkinan
terjadi pembalikan pelapisan air. Suhu air akan mempengaruhi juga kekentalan
air. Perubahan suhu air yang dratis dapat mematikan biota air katrena terjadi
perubahan daya angkut darah.
Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan
biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan
oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen
didalam air, dn sebaliknya. Pada suhu 360C dan salinitas 36 ppt
nilai kelarutan oksigen dalam air sebesar 5,53 ppm, sedangkan pada suhu300C
dan 250C serta salinitas yang sama kelarutan tersebut beturut-turut
adalah setinggi 6,14 ppm dan 6,71 ppm Menurut Kurniawan et al., ( 2006 ), penyebaran suhu dilapisan bawah
permukaan secara vertikal menunjukkan adanya pelapisan yang teridiri
a) Lapisan Homogen
Pada lapisan ini air umumnya sama dari permukaan kedalaman
100 meter, dilapisan tropik aeperti Indonesia suhu lapisan ini berkisar 29oC
b) Lapisan Termoklin
Pada lapisan ini suhu turun dengan cepat sekali yakni 28oC
pada kedalaman 100 meter menjadi 4oC pada kedalaman 600 meter.
c) Lapisan Dalam
Lapisan ini turunnya suhu dengan peningkatan kedalaman
menjadi lambat sekali yang berlangsung hingga kedalaman 2500 meter, gradient
suhu yang terjadi kira – kira 0, 5oC/100 m.
d) Lapisan Dasar
Pada lapisan ini suhu biasanya tidak berubah lagi hingga
kedasar biasanya terjadi di samudra lepas, berarti pada kedalaman 3000 m lebih.
(Boyd,1981 dalam
Saenong,1992).
2.9 Warna
Perairan
Warna air merupakan salah satu unsur dari parameter fisika terhadap
standar persyaratan kualitas air ( Darmayanto, 2009 ).
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik,
karena keberadaan plankton, hiumus, dan ion – ion logam misal besi dan mangan,
serta bahan lainnya. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan,
sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklattan atau kehitaman.
Kadar besi sebanyak 0,3 mg/liter dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah
cukup dapat menimbulkan warna pada perairan ( Peavy et al., 1985 ).
Perairan alami tidak berwarna. Air dengan nilai warna lebih kecil dari 10
PtCo biasanya tidak memperlihatkan warna yang jelas. Air yang berasal dari rawa
– rawa yang biasanya berwarna kuning kecoklatan hingga kehtaman memiliki warna
sekitar 200 – 300 PtCo karena adanya asam humus ( McNeely et al., 1979 )
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikelkoloid bermuatan
negative, sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan dengan
penambahan koagulan yang bermuatan positif, misalnya alumunium dan besi (
Sawyer dan McCarty, 1978 ).
2.10
Parameter Kimia
Beberapa
defenisi kimia yang sering digunakan dalam penentuan parameter kimia adalah (Boyd, 1988; Cole, 1988) sebagai
berikut:
1.
Berat atom, yaitu berat atom dari
suatu unsur yang didasarkan pada berat atom isotop C12 sebagai
standar.
2.
Berat molekul, yaitu berat atom
total dari semua atom yang terdapat dalam molekul.
3.
Berat ekuivalen, yaitu perbandingan
antara berat molekul jumlah mol dari ion H+.
4.
Valensi, yaitu karakteristik dari
suatu elemen yang ditentukan berdasarkan jumlah atom hydrogen yang dapat diikat
oleh satu atom.
5.
Molaritas (M), yaitu jumlah mol
suatu bahan dalam satu liter larutan.
Normalitas (N), yaitu jumlah berat ekuivalen dalam
satu liter larutan.
2.11 Amoniak [NH3]
Boyd (1979) mengemukakan
ammoniak yang terdapat pada kolam merupakan produk hasil
metabolisme ikan dan pembusukan senyawa organic oleh bakteri. Di air ammonia
nitrogen mempunyai dua bentuk yaitu NH3 bukan ion dan NH4
ion. Tingkat daya racun NH3 bukan ion dalam kolam dengan kontak
langsung singkat adalah 0,6 sampai 0,2 ppm dan batas pengaruh yang mematikan
dapat terjadi bila kosentrasi NH3 sekitar 0,1 sampai 0,3 ppm
Perubahan
nitrogen menjadi ammonia anorganik dilakukan oleh bakteri dan jamur dalam
proses almonifik. Ammonia cepat larut dalam air membentuk ammonium hidroksida.
Peranan oksigen dalam menurunkan toksisitas ammonium tergantung dari kegiatan
bakteri aerob melalui proses nitrifikasi (
Sudaryanti, 1991 ).
Amonium ( NH3
)dan garam – garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk
transisi dari amoniak. Sumber amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen
organic dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam limbah dan air yang berasal
dari bahan organik dan biota akuatik yang telah mati oleh mikroba dan jamur ( Effendi, 2003 ).
Ammonium dapat
teroksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh fitoplankton. Nitrogen
organik pada plankton yang mati dan kotoran air ( tetes )akan mengendap di
dasar menjadi nitrogen tanah. Nitrogen pada material ke air sehingga dapat
dimanfaatkan kembali oleh fitoplankton (
Durboroe, 1997 dalam Supono, 2008 )
2.12 Oksigen
terlarur [DO]
Menurut Sastrawijaya (1991) menyatakan Oksigen
terlarut (DO) merupakan
parameter penting untuk mengukur pencemaran air. Oksigen dibutuhkan oleh
organisme air untuk respirasi adalah oksigen yang terlarut dalam air.
Konsentrasi DO yang optimum
untuk budidaya ikan adalah 3 - 5 ppm.
2.13 Keasaman
air [pH]
2.13.1 pH
Derajat
keasaman lebih dikenal denga istilah pH. pH ( sinkatan dari pulscane negative
teH ), yaitu logaritma dari kepekatan ion – ion H yang terlepas dalam satu
cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam
larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen pada suhu
tertentu atau dapat ditulis pH = - log ( H+ ) ( kordi dan tancung,
2007 ).
Mackereth et
al. ( 1989 )
berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas.
Pada pH < 5, alkalinitas mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin
tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas.
Larutan yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat Korosif.
pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa ammonium
yang dapat terionisasi banyak ditemukan di perairan yang memiliki perairan
rendah. Ammonium bersifat tidak toksik ( innocuous
). Namun, pada suasana alkalis ( pH tinggi ) lebih banyak ditemukan ammonia
yang tak terionisasi ( unionized )
dan bersifat toksik. Ammonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam
tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan ammonium ( Tebbut, 1992 ).
sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah ( Novotny
dan Ollem, 1994 ).
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi
terhadap pH rendah. Namun, algae Chlamydomonas
acidophila masih dapat bertahan hidup pada pH yang sangat rendah, yaitu 1,
dan algae Euglena masih dapat
bertahan hidup pada pH 1,6 ( Haslam, 1995 ).
Mackereth et
al. ( 1989 )
berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas.
Pada pH < 5, alkalinitas mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin
tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat Korosif.
pH juga
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa ammonium yang dapat
terionisasi banyak ditemukan di perairan yang memiliki perairan rendah.
Ammonium bersifat tidak toksik ( innocuous
). Namun, pada suasana alkalis ( pH tinggi ) lebih banyak ditemukan ammonia
yang tak terionisasi ( unionized )
dan bersifat toksik. Ammonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam
tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan ammonium ( Tebbut, 1992 ).
sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah ( Novotny dan Ollem,
1994 ).
2.14 Sifat biologi
air
2.14.1 Flora
Tumbuhan air
atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air
Bersauh (berakar dalam lumpurr dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe
mikroskopik yang mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama
pembentukan kategori tersendiri yang di sebut plankton. Golongan hidrofolok
cenderung melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan
dari spectrum biologi (Polunin, 1994).
Flora di suatu wilayah yang biasanya
dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman
hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke
satu sama lain di lingkungan
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9 dalam kisaran yang
optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan dalam budidaya algae dapat disebabkan oleh
kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi
dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Menurut Chalik (1988), pH adalah suatu ukuran dari
konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut, apakah bereaksi
asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14, dan pH 7 adalah netral berarti
air tidak bersidat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7 berarti asam dan
bila diatas 7 berarti basa.
2.14.2 Fauna
Pada perairan danau, hewan yang paling
umum mendominasi danau adalah hewan dari golongan hewan bertulang belakang
(hewan vertebrata) yakni ikan. Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan
perairan baik pada zona litoral dan zona limnetik. Hal ini di sebabkan oleh
kemampuan gerak ikan. Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antar zona litoral dan
limnetik, akan tetapi bagian besar ikan-ikan meenghabiskan waktunya di derah
litoral dan kebanyakan daei mereka berkembang biak di daerah tersebut (Odum, 1996).
Flora dapat merujuk kepada sekelompok
tanaman, sebuah penyelidikan dari kelompok tanaman, serta bakteri. Flora adalah
akar kata bunga, yang berarti menyangkut bunga.
2.14.3 Plankton
Secara umum keberadaan plankton
diperairan dipengaruhi oleh tipe perairan ( mengalir atau tergenang ), kualitas
perairan ( fisika – kimia ) contoh suhu,kecerahan, kekeruhan, arus, pH, dan
lain – lain. (penuntun praktikum limnology 2010)
Nybakken ( 1992
) menyatakan
bahwa plankton merupakan organisme yang kemampuan renangnya demikian lemah sehingga
pergerakannya dipengaruhi gerakan air.
Plankton adalah semua organisme renik yang
hidupnya melayang – melayang di dalam air yang bergerak pasif atau daya
geraknya sangat terbatas untuk menentang arus ( Sachlan, 1990 ).
III.
BAHAN DAN
METODE
|
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian
dilakukan di Sungai kampar oleh
mahasiswa/i Universitas Islam Riau. Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu)
hari yaitu pada tanggal 23 Desember 2012.
3.2 Bahan dan alat
Dalam penelitian ini bahan uji yang di
gunakan adalah air sungai kampar dengan pemberian formalin dan jga dengan menggunakan
kertas lakmus untuk menentukan apakah sungai tersebut basa atau asam .
Alat-alat untuk mengukur kualitas air
yang digunakan adalah sechi dise untuk mengukur kecerahan, lalu menggunakan
thermometer untuk mengukur suhu, DO meter, NH3, botol sampel untuk
pengambilan air, dan plankton net untuk mengambil plankton yang ada di sungai
siak tersebut
3.3 Metoda
penelitian
3.3.1 Rancangan
percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan mengambilan air
sampel supaya kita bias mengetahui kualitas sungai kampar dan banyaknya plankton yang hidup di
dalamnya.
3.3.2 Hipotesis
dan asumsi
Dalam praktikum ini hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
HO : Tidak
terdapatnya pengaruh limbah terhadap parameter kualitas air dan pertumbuhan
plaknton.
Hi : Terdapatnya
pengaruh limbah terhadap pengaruh parameter kualitas air dan pertumbuhan
plankton.
Hipotesa
tersebut diajukan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Kualitas air sungai dianggap sama.
2. Daya larut limbah pada sungai dianggap sama.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
|
V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari peraktikum
limnology tentang parameter fisika,
kimia dan biologi sungai kampar, dapat di simpulkan bahwa,sungai kampar telah tercemar oleh limbah, baik
limbah domestik maupun limbah pabrik.
5.2. Saran
Untuk
masyarakat di sekitar perairan sungui terutama, harus lah menjaga lingkungan
sungai tersebut agar tidak tercemar oleh limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Akromi, dan Subroto. 2002. PengantarLimnologi.
Gramedia, Jakarta.
Cholik et.al. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam
Ikan. UNFISH dan IDRC: Jakarta.
Effendi,H.2003.Telaah Kualitas
Air.Yogyakarta.
________.2008. Telaah Kualitas Air Edisi II.Yogyakarta.
Haslam, S.M.1995. River Pollution and Ecological Perspective.
John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253 p.
Hadikusumah. 2008. Pengantar oceanografi.
UIPress, Jakarta.
Hutabarat,
Sahala dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press :
Jakarta.
Kordi, M.G.; dan Andi T.
2007.
PengelolaanKualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Kurniawan et.al. 2006. Diktat Kuliah Limnologi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Mackereth, F. J. H., Heron, J. and
Talling, J. F. 1989. Water Analysis. Fresh-water Biological Association, Cumbria,
UK. 120 p.
Marini, Melfa dan Husnah. 2010. Struktur Komunitas Ikan Dalam Hubungannya
Dengan Kualitas Air Bagian Hilir Sungai Siak, Provinsi Riau. Prosiding Seminar
Limnologi V. Palembang.
Lampiran
Dokumentasi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari......