I. PENDAHULUAN
|
1.1. Latar belakang
Padi
merupakan makanan pokok utama masyarakat Indonesia yang kebutuhannya meningkat
setiap tahun sejalan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi pangan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebagian besar masih di pasok dari luar Bangka Belitung.
Produksi padi di Indonesia pada tahun 2009 mencapai
64.398.890 ton dan di Bangka Belitung sendiri produksi padi pada tahun
2009 yaitu 19.864 ton. Hal ini belum sebanding dengan
jumlah penduduk Bangka Belitung pada tahun 2009 yang mencapai
1.138.129 jiwa (BPS 2011). Kebutuhan pangan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar masih di pasok dari luar
Bangka Belitung. Produksi padi ladang pada tahun 2008 tercatat 7,778 ton atau
produktivitas 1,39 ton/ha dengan areal tanam seluas 7242 ha (Dinas Pertanian
Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Babel 2008 dalam Bangka Pos 2009).
Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi yaitu
penanaman padi di lahan kering, sedangkan lahan kering di Indonesia didominasi
lahan marginal seperti ultisol. Produksi padi gogo dilahan ultisol masih
banyak menimbulkan masalah, hal ini dikarenakan sifat tanah ultisol yang
memiliki pH rendah, kelarutan unsur Al, Fe, dan Mn yang tinggi menyebabkan
unsur P menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman karena terikat oleh kation tanah
terutama Al dan Fe pada kondisi masam dan terfiksasi pada permukaan positif
koloid tanah (liat dan oksida Al/Fe ) lewat pertukaran anion terutama dengan OH-
(Hanafiah 2008). Fosfor sebagai
salah satu unsur hara makro fosfat
merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP dan RNA. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih,
akar, bunga, dan buah. Fosfor digunakan
untuk merangsang pembungaan. Fosfat anorganik banyak terdapat di dalam cairan
sel sebagai komponen sistem penyangga tanaman. Bentuk organik P terdapat
sebagai fosfolipid, yang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas;
fitin, yang merupakan simpanan fosfat dalam biji; gula fosfat, yang merupakan
senyawa antara dalam berbagai proses metabolisme tanaman, nukleoprotein,
komponen utama DNA, dan RNA inti sel; ATP, ADP, AMP dan senyawa sejenisnya
sebagai senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme, NAD dan NADP, merupakan
koenzim penting dalam proses reduksi dan oksidasi; dan FAD dan berbagai senyawa
lain, yang berfungsi sebagai pelengkap enzim tanaman (Salisbury dan Ross. 1995).
Biofertilizer dapat digunakan untuk mengefisienkan
pupuk P karena berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh
tanaman (Elfiati 2005). Penelitian
Handayani dan Ernita (2008), menunjukkan
bahwa penggunaan biofertilizer dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang tercermin dari karakter berat kering
tajuk tanaman dan serapan P tanaman secara nyata. Hasil penelitian Fitriatin et al .(2011), menunjukkan
bahwa pemberian mikroba pelarut fosfat mampu meningkatkan aktivitas fosfatase
tanah dan hasil tanaman padi gogo di lahan ultisol dan penggunaan Aspergillus
niger pada tanaman jagung dapat meningkatkan pertumbuhan karena penambahan Aspergillus
niger mampu melarutkan unsur hara P sehingga tersedia untuk tanaman,
sedangkan pemberian mikroza pada tanaman jagung mampu meningkatkan penyerapan
unsur hara untuk tanaman (Fitriatin et al. 2009).
Menurut Kabirun (2002), dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan
pertumbuhan, serapan P dan hasil tanaman, lebih tinggi pada tanaman yang
diinokulasi dengan jamur mikoriza arbuskula.
Padi gogo memegang peranan penting
dalam sistem pertanian rakyat Indonesia, padi gogo mempunyai kontribusi yang
sangat berarti dalam pemenuhan kebutuhan pangan daaerah maupun nasional
(Chairuman 2008). Lahan kering di
Indonesia sebenarnya sangat berpotensi untuk pertanian tanaman pangan dan
palawija seperti padi gogo, jagung (Barus 2008). Pengembangan padi gogo di perlukan dengan
penggunaan varietas unggul sehingga dapat meningkatkan produksi padi.
Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan, padi yang
paling toleran pada cekaman kekeringan -30 Kpa di media campuran sandy clay adalah Towuti yang dilihat
dari persentase rerata panjang akar, jumlah malai, jumlah biji bernas dan hasil
per polybag yaitu 9,16 gram. Hasil
penelitian Rohayani (2011), menunjukkan
bahwa varietas padi gogo introduksi Situ Bagendit memiliki kemampuan adaptasi
yang baik di media campuran sandy clay dengan cekaman -40 Kpa untuk
karakter tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tajuk, berat kering akar dan
jumlah biji bernas. Menurut Lestari dan
Mustikarini (2009), dalam hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa jenis padi gogo introduksi yang lebih adaptif
adalah Towuti dan Danau Gaung yang di tunjukkan oleh peubah jumlah anakan dan
jumlah malai di lahan ultisol.
Pengujian
varietas padi gogo dengan penambahan
biofertilizer di lahan Ultisol ini untuk mendapatkan produktivitas padi
gogo yang tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan di lahan ultisol Bangka.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah:
-
Bagaimana
cara membudidayakan tanaman padi gogo
-
Bagamana
cara membudidayakan tanaman jagung
|
A. Sejarah tanaman jagung manis (sweet corn)
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan
arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko
bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun
yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun
yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays)
merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya yang berlangsung paling tidak
7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain,
terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya
digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea
mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan
satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini
dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung termasuk
Family graminal, golongan jagung di Indonesia ada 4 (empat) varietas yaitu:
1. Zea mays
indentota : disebut jagung gigi kuda, sedikit ditanam di Indonesia,
karena kurang tahan terhadap hama bubuk.
2. Zea mays
indorata : atau jagung mutiara, banyak ditanam di Indonesia,
tanaman jagung ini tahan terhadap hama bubuk dan jenis hama lainnya.
3. Zea mays
saccharata sturt : jagung manis ini sudah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat Riau khususnya Indonesia.
4. Zea mays everta
: jagung berondong, jagung ini diolah untuk dijadikan berondong.
Varietas jagung dapat dibedakan
berdasarkan beberapa bentuk yaitu tinggi tempat penanaman, berdasarkan umur
varietas, berdasarkan warna biji, berdasarkan pembenihannya, berdasarkan tipe
biji dan lain lain.
Tanaman jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang
sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan olah tanah dengan bentuk sistem
perakarannya sangat bervariasi.
Batang berwarna hijau sampai keungguan, berbentuk bulat dengan penampang
melintang 2-2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125-300 cm. Batang berbuku
buku yang dibatasi oleh ruas-ruas.
Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan
ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dengan helaian daun dibatasi oleh
spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan / embun ke dalam
pelepah daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah dalam satu tanaman (monoceous). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik.
Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina
jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Biji
tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada yang bertongkol satu
dan ada pula yang bertongkol dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol,
setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, dan tiap tongkol terdiri kurang lebih
200-400 butir.
|
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan di kebun percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11, Kelurahan
simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru. Waktu praktikum di
laksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan April Sampai Juni 2013.
B.
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang di gunakan dalam
pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Benih
jagung manis (Sweet Boy)
2.
Pupuk
NPK
3.
Pupuk
kandang
Sedangkan alat
– alat yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Gembor
2.
Sabit
3.
Cangkul
4.
Garu
5.
Meteran
6.
Alat tulis
C.
Pelaksanaan
Praktikum
1.
Pengerjaan
lahan
Pekerjaan
pertama yang dilakukan adalah mencangkul tanah dengan tujuan membalik dan
menggemburkan tanah. Kemudian tanah digaru dan batu, bongkahan tanah dan sisa
gulma dibersihkan. Sisa gulma yang telah dipisahkan dibakar di atas bedengan.
Setelah itu dibentuk bedengan dengan
ukuran 5 x 5 m. Selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam
ukuran 40 x 60 cm .
2.
Pemberian pupuk kandang dan pupuk dasar.
Pupuk kandang yang sudah
matang diberikan pada setiap bedengan setelah dilakukan pengolahan
tanah. Masing – masing bedengan diberikan 1 karung pupuk kandang. Bersamaan
dengan penanaman diberikan pupuk NPK.
3. Penanaman
Penanaman
jagung dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan kedalaman tugal 5 cm dengan jumlah 1benih per lubang tanam. Penyisipan dilakukan
seminggu setelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh.
4.
Pemupukan
Pada
tanaman jagung pemupukan pertama diberikan NPK bersamaan dengan waktu
penanaman. Pada saat tanaman berumur 30 hari dilakukan pemberian pupuk NPK
kedua kalinya .
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini menyangkut
ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Apabila di rasa kurang air perlu
dilakukan penyiraman. Akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2 kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari.
b. Penyiangan
Penyiangan akan dilakukan dengan memperhatikan jumlah
populasi gulma, apabila sudah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman
barulah dilakukan penyiangan.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit tanaman yang rusak
ataupun mati.
6.
Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma
Untuk
melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit biasa dilakukan upaya
preventif berupa tindakan – tindakan agronomis. Selanjutnya pengendalian
dilakukan sesuai dengan materi praktikum
a. Hama yang
menyerang :
-
Semut menyerang jagung saat penanaman, pengendalian
dilakukan dengan memberikan furadan.
-
Lalat Buah menyerang jagung, pengendalian dilakukan
dengan peyemprotan Petrogenol
b. Penyakit
yang menyerang tidak ada
c. Untuk gulma, pengendalian dilakukan
secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman menggunakan tangan dan menggunakan
cangkul.
D.
Parameter
Pengamatan
Adapun para meter yang
diambil dalam Praktikum diantaranya :
1.
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman
dilakukan dengan menghitung jumlah tinggi ketika munculnya tunas pada tanaman,
dengan menentukan 5 sampel.
2.
Jumlah Buah
Pengukuran
jumlah buah dilakukan pada tanaman yang sudah muncul pucuk buah sampai
terbentuknya buah , dengan menentukan 5 sampel.
3.
Jumlah Panjang Tongkol
Perhitungan panjang tongkol dilakukan pada saat tanaman
sudah terjadinya perkawinan dan terjadinya buah dan pada saat munculnya pucuk
buah dihitung dari munculnya buah sampai panen, dengan menentukan 5 sampel.
4. Jumlah
Biji buah Jagung Per Tongkol
Perhitungan jumlah biji jagung per tongkol dilakukan pada
saat kita melakukan pemanenan di lakukan penghitungan biji, dengan menetukan 5
sampel.
|
A. Tinggi Tanaman ( cm )
Minggu
Pengamatan
|
Tinggi tanaman (cm)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
20
|
20
|
15
|
16
|
14
|
Minggu 2
|
40
|
43
|
34
|
36
|
32
|
Minggu 3
|
73
|
75
|
70
|
72
|
69
|
Minggu 4
|
103
|
95
|
113
|
100
|
108
|
Minggu 5
|
175
|
160
|
185
|
170
|
179
|
Minggu 6
|
215
|
197
|
211
|
200
|
205
|
Minggu 7
|
225
|
209
|
230
|
237
|
232
|
Minggu 8
|
235
|
242
|
250
|
252
|
248
|
Berdasarkan data pengamatan tinggi
tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada praktikum
ini memiliki pertumbuhan tinggi yang baik. Hal ini berarati pertumbuhan
vegetatif dari tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang
sesuai dan terpenuhnya kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu
pemupukan yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman jagung.
B. Jumlah Buah
Minggu
Pengamatan
|
Jumlah Buah
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Minggu 7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Minggu 8
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Berdasarkan
data pengamatan jumlah buah
tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada
praktikum ini memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik. Hal ini berarati
tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang sesuai dan
terpenuhnya kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu pemupukan
yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertambahan ukuran buah
jagung . Selain itu hal ini juga disebabkan pengaruh faktor lingkungan seperti
curah hujan dan intensitas cahaya yang baik selama praktikum.
C.
Panjang Tongkol Jagung
Minggu
Pengamatan
|
Panjang
Tongkol jagung
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
5
|
4
|
7
|
5
|
6
|
Minggu 7
|
15
|
15
|
16
|
17
|
14
|
Minggu 8
|
25
|
29
|
27
|
26
|
30
|
Berdasarkan
data pengamatan panjang tongkol jagung
dapat diketahui bahwa pertumbuhan tongkol sangatlah baik dikarnakan setipa
minggunya terjadinya penabahan ukuran tongkol dan penambahan diameter tongkol
ini berarti pertumbuhan vegetatif tanaman jagung sangat baik. Selain hal ini juga disebabkan
pengaruh faktor lingkungan seperti curah hujan, intensitas cahaya dan
pengendalian hama lalat buah yang baik selama praktikum.
D.
Jumlah Biji Buah Jagung Per Tongkol
Minggu
Pengamatan
|
Jumlah Biji Per Tongkol
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 8
|
252
|
258
|
245
|
236
|
249
|
Berdasarkan
data pengamatan jumlah biji buah jagung
per tongkol dapat diketahui bahwa jumlah biji tanaman jagung per tongkol
berbeda dari tongkol tanaman jagung yang satu dengan tanaman jagung yang
lainnya mungkin disebabakan kurangnya unsur hara dan air yang diserap oleh
tanaman jagung karna pada saat dilakukan praktikum ini dilaksanakan pada musim
kemarau sehingga berpengaruh terhadap diameter tongkol dan ukuran tongkol yang dihasilkan setiap
tanaman.
|
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian praktikum dan
pengamatan selama melaksanakan praktikum Dasar – dasar perlintan adalah :
Tanaman jagung yang kita tanam harus di rawat dengan baik
agar pertumbuhanya sesuai dengan yang kita inginkan,karena tanaman jagung
merupakan tanaman yangb rentan akibat hama dan penyakit maka kita harus menjaga
dan merawatnya dengan baik,agar tidak di serang hama dan mati.
Pemberian pestisida sangat penting karena akan menjaga dari
serangan hama dan penyakit beberapa hama
dan penyakit dapat menyebabkan tanaman tersebut mati dan mengakibatkan gagal
panen,perawatan di lakukan berkala karena akan melindungi dari serangan hama
yang akan menyerang tanaman kita
Tumbuhan sama halnya dengan manusia, kita harus merawat dan
melindungi tanaman karena dengan perawatan dan perlindungan yang baik maka akan
mendapatkan hasil yang baik pula
B.
Saran
Setelah melaksanakan serangkaian
praktikum dan pengamatan yang dilakukan
selama praktikum Dasar – dasar
perlintan maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1.
Agar pada praktikum selanjutnya
diterapkan praktikum dengan menguji metode-metode bertanam tanaman pangan yang
baru.
2.
Supaya pada praktikum selanjutnya
komunikasi dan koordinasi antara dosen, asisten dan mahasiswa lebih baik lagi
agar hasil praktikum maksimum.
Fatmawati, Andi Apryani. 2007. Dasar –
Dasar Perlindungan Tanaman. Jurusan Agronomi-Faperta Untirta. Serang.
Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1988.
Budidaya Tanaman Jagung. Gramedia: Jakarta.
Nyakpa, M. Yusuf, et al. 1988. Hama
Dan penyakit. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Soeprapto.1993. Bertanam Jagung
Manis. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tjirosoepomo, Gembong. 2004.
Perbanyakan Tanaman Secara Generatif . Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Duriat, A.S. dan S.
Sastrosiswojo.1995. Pengendalian hama
dan penyakit terpadu pada agribisnis
Jagung. Jakarta:Penebar Swadaya
Semangun,
Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultur di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press
1989).
Purwono dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan
Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Purnomo, H. 2008. Deskripsi Tanaman
Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id www.puslittan.bogor.net (Diakses
Pada Tanggal 2 September 2011).
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
No
|
Kegiatan
Praktikum
|
Bulan/Tahun
2012
|
|||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pembersihan lahan
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pembuatan bedengan
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pemupukan dasar
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penanaman jagung
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyulaman
|
|
|
|
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pengisian polibeg
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyiangan sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
8
|
Penyiraman
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
9
|
Pembuatan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|