LAPORAN
PRAKTIKUM
MATAKULIAH DASAR - DASAR ILMU TANAH
ANALISIS
KIMIA TANAH
( TANAH
HUMUS )
OLEH :
AGUS
ISTANTO
114210076
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012/2013
ANALISIS
KIMIA TANAH
(
TANAH HUMUS )
OLEH :
NAMA : AGUS ISTANTO
NPM : 114210076
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
MENYETUJUI
Dosen Pengasuh Asisten Dosen
1.
Sri Mulyani
Dr. Ir.Siti Zahrah,.MP
2. Hendrik
Nursalim
Fahturrahman, SP., M.Sc
3. Mardiah
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur atas
Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul’’Kandungan Dalam Tanah
Humus’’.
Laporan ini saya
susun untuk memenuhi tugas Dasar Dasar Ilmu Tanah, Atas terselesaikannya
laporan ini, saya ucapkan terima kasih kepada Ibuk, Dr. Ir. Siti Zahrah,. MP
dan Bapak Fahturrahman,SP.,M.Sc selaku dosen matakuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah
dan terima kasih Kepada Sri Mulyani, Mardiah, Hendrik selaku asisten dosen
(asdos) juga Orang tua yang memberi dukungan moril maupun materil Dan kepada
semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis sudah berusaha dengan semaksimal mungkin
melaksanakan penulisan Laporan ini dengan baik, Jika menurut Bapak/Ibu dan
saudara masih ditemukan kekurangan dan kelemahannya, segala kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan ini . Dan atas bantuan semua
pihak, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Pekanbaru, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR
TABEL................................................................................................
iii
DAFTAR
LAMPIRAN.......................................................................................... iv
I. pENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1.
Latar belakang.............................................................................................. 1
1.2.
Tujuan penelitian ......................................................................................... 2
1.3.
Tempat dan Waktu....................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3
III. bahan dan metode................................................................................ 14
3.2.
Bahan dan Alat ........................................................................................... 15
3.3.
Rancangan Penelitian ................................................................................. 16
3.4.
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 17
3.5.
Parameter Pengamatan ............................................................................ 18
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 22
4.1. Analisis Kimia Tanah.............................................................................. .. 22
4.2
Analisis Al dd dan H dd........................................................................... 23
4.3. Analisis C-Organik.................................................................................. .. 23
4.4. Penetapan Kadar Air .............................................................................. .. 24
4.5. Analisis N- Total..................................................................................... .. 25
4.6. Analisis Fosfor Tersedia.......................................................................... .. 25
V.
PENUTUP.......................................................................................................
26
5.1. Kesimpulan................................................................................................ .. 26
5.2. Saran..........................................................................................................
`26
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
27
LAMPIRAN.........................................................................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Pratikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah 2012/2013.......................... 28
2. Dokumentasi penelitian..................................................................... 29
I.
PENDAHULUAN
|
|
1.1. Latar Belakang
Ilmu tanah di Indonesia Pertama diajarkan di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (merupakan kelanjutan
dari Landbouw Hogeschool yang
didirikan 1940,
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi
antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan atmosfer. Tanah menjadi tempat
tumbuh-tumbuhan dan mendukung kehidupan
hewan dan manusia
Ilmu tanah adalah pengkajian
terhadap tanah sebagai sumber daya alam. Dalam ilmu ini
dipelajari berbagai aspek tentang tanah, seperti pembentukan, klasifikasi,
pemetaan, berbagai karakteristik fisik, kimiawi, biologis, kesuburannya,
sekaligus mengenai pemanfaatan dan pengelolaannya.
Ilmu tanah dibagi menjadi
dua cabang utama: pedologi
dan edafologi.
Pedologi mempelajari tanah sebagai objek geologi. Edafologi, atau ilmu
kesuburan tanah, mempelajari tanah sebagai benda pendukung kehidupan. Keduanya
menggunakan alat-alat dan sering kali juga metodologi yang sama dalam
mempelajari tanah, sehingga muncul pula disiplin ilmu seperti fisika
tanah, kimia tanah, biologi tanah
(atau ekologi tanah), serta ilmu konservasi tanah. Karena tanah juga memiliki
aspek ketataruangan
dan sipil,
berkembang pula disiplin seperti mekanika tanah, pemetaan
(kartografi), geodesi
dan survai tanah, serta pedometrika
atau pedostatistika. Penggunaan informatika juga melahirkan beberapa ilmu
campuran seperti geomatika
untuk pertanian, tanaman sangat bagus
ditanam pada tanah jenis aluvial untuk menentukan daerah yang berkarakteristik
tanah aluvial adalah 0-5 Km dari sungai besar
(S Kahayan ) biasanya terdiri dari jenis tanah aluvial
serta 0-2 Km dari pinggiran saluran primer/irigasi yang dibuat juga dengan
karakteristik tanah jenis aluvial atau cocok untuk ditanam padi.
1.2.
Tujuan
1. Penetapan
pH Tanah : Untuk mengetahui pH pada tanah sampel.
2. Analisis
Al dd dan H dd : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Al dalam tanah sampel.
3. Analisis
C-organik : Untuk mengetahui persentase C dan bahan organik pada tanah sampel.
4. Penetapan
Kadar Air : Untuk mengetahui persentase kadar air dalam tanah sampel.
5. Analisis
N-total : Untuk mengetahui persentase nitrogen dalam tanah sampel.
6. 6.Analisis
Fosfor Tersedia : Untuk mengetahui kadar fosfor yang tersedia dalam tanah sampel.
1.3.
Waktu dan tempat
Pelaksanaan praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah ini dimulai yaitu pada hari Rabu 01 Desember
2010 dan 15 Desember 2010 hanya dua kali pertemuan. Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah Analisis kimia tanah,
Analisis Al dd dan H dd, Analisis N-total, Analisis C-organik, Penetapan kadar
air, dan Analisis Fosfor tersedia. Praktikum ini dilakukan di labor Bioteknologi di Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau.
|
Tanah adalah
dimana manusia hidup dan berpijak serta melakukan aktifias sehari-harinya di
atas tanah. Sedikit mengulas, pengertian
tanah adalah bagian terluar dari bumi (kerak
bumi) yang terjadi akibat pelapukan batuan maupun makhluk hidup yang mati dan
membusuk. Karena pengaruh cuaca maka jasad tersebut menjadi lapuk dan kemudian
mineralnya terurai (terlepas) yang menyebabkan tanah menjadi subur.
A. Pencandraan
Bentang Lahan
Tanah adalah akumulasi tubuh alam
bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman,
dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu
pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk tanah, yaitu
: Iklim, Kehidupan, Bahan induk, Topografi, Waktu
Dari kelima faktor
tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu pembentukan
tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis besar
proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan dan
proses perkembangan tanah (Darmawijaya, 1990 ).
Proses pelapukan
adalah berubahnya bahan penyusun di dalam tanah dari bahan penyusun
batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan tanah
yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari masing–masing jenis
tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah,
latosolisasi (Darmawijaya, 1990).
Bentang lahan yang berbentuk atau
bertopografi miring, mudah sekali tererosi sehingga untuk mengatasi erosi
tersebut perlu adanya perlakuan terhadap bentang lahan tersebut diantaranya
dengan : membuat pematang, membuat parit, membuat teras.
Relief mempengaruhi pembentukan
tanah yang secara langsung menyebabkan terbukanya permukaan bumi terhadap
pengaruh matahari angin dan udara dan secara tidak langsung mempengaruhi
drainase run-off dan erosi. Berdasarkan pengaruhnya terhadap genesa tanah,
relief dapat dibedakan atas :
Relief datar : permukaan tanah yang
datar atau hampir datar tanpa kenampakan tanda-tanda run-off dan erosi, tetapi
juga tidak menjadi tempat penggenangan air atau penimbunan bahan yang
dihanyutkan.
Relief miring : permukaan
tanah yang miring yang menampakkan tanda-tanda run-off yang lambat dan adanya
erosi yang tersembunyi pada vegetasi lebat.
Relief cekung : permukaan tanah
cekung yang merupakan tempat tertimbunnya air dan bahan endapan dari semua
jurusan.
Relief cembung : aliran air di
permukaan tanah mengalir ke semua jurusan seolah datang dari semua pusat.
Relief perbukitan : menunjukkan
permukaan tanah yang berbukut-bukit, jika kecil disebut bergelombang dan jika
bukitnya lebih kecil disebut berombak (Darmawijaya, 1990).
Timbulan mikro adalah bentuk tanah
berskala kecil yang masih dapat lengkap diamati dalam batas-batas perbatasan
pedon sebagai suatu satuan pengamatan. Bentuk-bentuk timbulan mikro adalah :
Rata, berlipatan, berarah, keriput, gilgai, biogen, antropogen.
Kemas muka tanah adalah pola
hubungan antar butir atau gumpal tanah satu sama lain yang menampakkan pada
muka pencandraan.
Erosi dapat juga disebut pengikisan
atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan
atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alami maupun sebagai
akibat tindakan manusia. Erosi merupakan bentuk dan taraf (Kartasapoetra, 1987).
Tanah merupakan hasil evolusi dan susunan yang teratur dan
unik yang terdiri dari lapisan-lapisan dan horison-horison yang berkembang
secara genetik. Proses pembentukan dan perkembangan tanah dapat dilihat
dari penambahan, pengurangan dan perubahan atau translokasi. Tanaman dan hewan
memperoleh lingkungan pada semua jenis tanah. Menjadi bagian dari bahan
organik adalah bagian yang digunakan dalam proses translokasi dari suatu tempat
ke tempat lain dalam tanah dengan perantara air dan aktivitas hewan (Henry,
1988).
B. Penyelidikan
Profil Tanah
Pada suatu profil tanah yang
lengkap, dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah
dan lapisan–lapisan tersebut pada beberapa macam tanah
dikenal sebagai horizon genesa tanah (lapisan yang terbentuk di tempat itu
sehubungan dengan berlangsungnya proses perombakan bahan induk tanah).
Adanya lapisan–lapisan di dalam
tanah ini karena berlangsungnya perombakan atau tingkat perkembangan yang
merupakan hasil perombakan yang tidak sama. Lain halnya dengan tanah yang tergolong
entisol, di sini lapisan–lapisan merupakan hasil penimbunan bahan yang
berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan yang terbentuk sebagaimana kita lihat
pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata sehingga
kerap kali batas-batasnya agak kabur dan kejadian demikian akan meyulitkan
peneliti (Foth, 1991).
Profil tanah adalah penampang
melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan
bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat
proses pembentukan tanah (horison A dan B) (Hardjowigeno, 1993).
Proses pembentukan tanah akan
menghasilkan benda alami yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah tersebut
menunjukkan susunan horizon yang disebut profil tanah. Sedangkan horison-horison
di atas bahan induk seluruhnya disebut solum. Tiap tanah berkembang
dengan baik dan masih keadaan asli mempunyai sifat-sifat profil yang khas.
Sifat-sifat ini digunakan dalam klasifikasi dan penjajagan (survey) tanah dan
sangat besar manfaatnya. Untuk menentukan pendapat tentang tanah, sifat-sifat
profil perlu diperhatikan sebagai pertimbangan (Buckman, 1982 ). Solum
menggambarkan suatu kedalaman di bawah permukaan walaupun tidak begitu pasti.
Tanah di daerah sedang memiliki kedalaman beberapa meter, dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah perubahan di bawah sub soil yang berangsur–angsur
bercampur dengan bagian regolith yang kurang mengalami suatu pelapukan. Bagian
regolit dinamakan bahan induk untuk bisa membedakan dengan lapisan yang ada di
atasnya. Bahan induk ini mengalami pelapukan dan bagian yang atas akan menjadi
sub soil, sedangkan bagian bawah tergolong bagian yang disebut solum (Buckman,
1982).
Lapisan atas profil tanah biasanya
cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena
penimbunan (akumulasi bahan organik tersebut. Lapisan dengan ciri-ciri demikian
sudah umum dianggap sebagai daerah (zone) utama penimbunan bahan organik yang
disebut tanah atas atau tanah olah. Sub soil adalah tanah di bagian bawahnya, yang
mengalami cukup pelapukan, mengandung sedikit bahan organik. Lapisan organik
yang berlainan itu terutama dalam tanah yang sudah mengalami pelapukan mendalam
di daerah lembab (Buckman, 1982).
Tanah itu biasanya ada beberapa
lapisan, akan tetapi dalam garis besar lapisan tanah itu dibagi menjadi empat
yaitu : Lapisan tanah atas, lapisan bahan induk tanah, lapisan Mineral, lapisan
batuan induk.
Tanah itu pada berbagai tempat
tebalnya tidak sama, tergantung dari letak tanah itu sendiri. Tanah yang baik
untuk pertanian adalah tanah yang terletak di daerah lembah, sedang di
lereng-lereng akan tampak lapisan bahan induk tanah atau lapisan batuan induk.
Terjadinya tanah dari batuan induk
menjadi bahan induk tanah yang berangsur-angsur menjadi lapisan bawah yang akhirnya
membentuk lapisan tanah atas dimana memerlukan waktu yang lama bahkan
berabad-abad. Adapun yang menyebabkan batuan induk itu menjadi lapisan tanah
yang baik karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu : air, udara,
tumbuh-tumbuhan, jasad hidup lain yang ada di tanah dan iklim (Sugiman,
1982).
Profil tanah yang akan diamati,
ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak (vertikal), baru artinya
belum terpengaruh keadan luar, dan juga tidak memantulkan cahaya (profil tanah
pada waktu pengamatan tidak langsung terkena sinar matahari). Pengamatan
dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-batas horison dapat diketahui.
Masing-masing horison dibedakan dari horison yang diatas atau di bawahnya oleh
ciri-ciri yang spesifik dan genetis.
Meskipun di dalam menguraikan suatu profil tanah tidak
mutlak, perlu memberi nama masing-masing horison. Pada garis besarnya
horison-horison dapat dibedakan atas horison organic O dan horison mineral A,
B, C dan R (Darmawijaya, 1990).
C.
Sifat-sifat Fisika Tanah
Dalam menilai kesuburan suatu tanah
maka sifat fisika tanah mempunyai peranan yang penting di samping sifat kimia.
Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,
warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini
bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah ini
strukturnya menjadi baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal (Sarief, 1979).
Struktur tanah merupakan susunan
ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat
tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa
sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan
yang merupakan gumpalan tanah yang sudah
terbentuk akibat penggarapan tanah disebut
clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan
valid harus dengan melakukan kegiatan
dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama
dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya.
Pengamatan di lapangan pada umumnya didasarkan atas tipe struktur, kelas
struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi
bermacam-macam kelas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 tipe tanah yaitu :
tipe lempeng (platy), tipe tiang, tipe gumpal (blocky), tipe remah (crumb),
tipe granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal (masif). Dengan pembagian
kelas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar.
Untuk semua tipe tanah dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing
tipe. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak
beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak)
yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan
yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah sedang
/ cukup yaitu tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat
dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang
tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat
kuat dan cukupan (Baver, 1961).
Tanah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan tekstur tanah, tanah pasir biasanya tak lekat, tak liat serta tak
lepas. Akan tetapi tanah lempung berat berkonsistensi sangat lekat, sangat liat,
sangat teguh dan keras. Analisis konsistensi dapat dilakukan dengan meletakkan
tanah diatas ibu jari dan telunjuk dalam genggaman tangan tergantung dari
kelengasan tanah. Khusus tanah yang dalam keadaan basah ini dapat diamati
dengan kelekatan dan kekenyalan berbeda dengan tanah kering (Darmawijaya,
1990).
Dinamika bahan organik ditentukan
oleh pemasukan sisa–sisa nabati dan hewani secara sinambung dan pengalih
ragamannya secara sinambung pula oleh faktor biologi sebagai penindak utama dan
sampai batas tertentu juga oleh faktor-faktor kimia dan fisik (Kononova, 1966).
Umumnya bahan organik memberikan
warna kelam, semakin stabil bahan organik maka warnanya kan semakin tua. Humus
yang paling stabil mempunyai warna hitam, warna merah dapat menunjukkan tanah yang
telah lanjut mengalami perkembangan yang intensif, misalnya tanah latosol.
Warna kuning sebagian besar disebabkan oleh adanya oksida besi. Tanah warna
coklat berarti banyak dalam mengandung oksida besi yang tercampur bahan
organik. Warna kelabu disebabkan oleh kuarsa, kaolin, dan mineral lempung,
karbonat Ca dan Mg, gibs serta macam garam serta senyawa ferro. Tanah yang
kelabu menandakan gejala gleisasi dimana Fe terbentuk ferro. Tanah yang
drainasenya buruk hampir selalu terdapat bercak-bercak kelabu, coklat, merah
dan kuning, warna putih terjadi karena pengaruh bahan induk. Hampir setiap
horison menunjukkan warna yang berbeda, warna reduksi dan bercak menunjukkan
adanya bahwa drainase yang terjadi buruk (Darmawijaya, 1990).
Untuk menentukan warna tanah
menggunakan patokan yaitu Munsell Soil Colour Chart, yang terdiri dari kartu
yang berbeda warna spektrum. Cara menentukan warna tanah adalah dengan
membandingkan warna sampel dengan warna pembanding dalam kartu. Kesukaran yang
timbul dari cara ini adalah : Dalam memilih kartu Hue yang cocok dengan warna
tanah, Membedakan chroma dan value yang tepat, Bersifat subjektif tergantung
pengamat (Darmawijaya, 1990).
Salah satu sifat fisika tanah yang secara langsung dapat
dilihat dengan mata telanjang yaitu warna tanah. Warna tanah adalah merupakan
campuran dari warna abu-abu, coklat dan komponen warna lainnya yang terjadi
oleh adanya pengaruh berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama
memberikan jenis warna tertentu. Warna tanah yang dominan bukan warna-warna
tanah yang murni tetapi sudah merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat dan
warna seperti karat. Warna hijau atau biru yang murni tidak dijumpai pada
tanah, sedang dua warna atau lebih yang terjadi pada suatu bidang permukaan
atau tempat tertentu disebut becak-becak (nottling). Warna tanah dipengaruhi
oleh kondisi atau sifat tanah lainnya melalui pengaruhnya atas radiasi dari
energi sinar matahari. Warna yang semakin hitam atau semakin gelap akan lebih
banyak menyerap panas dari sinar matahari dari pada warna tanah yang terang.
Sejumlah energi panas yang terdapat dalam tanah mengakibatkan tingkat evaporasi
yang tinggi, sehingga tanah yang semakin gelap akan lebih cepat mengering
dibanding warna yang lebih muda. Temperatur tanah dipengaruhi oleh warna tanah
dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan aktifitas jasad renik serta
struktur tanah. Jadi dengan adanya warna tanah secara tidak langsung
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan jasad renik. Selain itu warna tanah
secara langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat pelapukan, menilai
kandungan bahan organik, menilai keadaan pembuangan air, melihat adanya horison
pencucian dan horison pengendapan serta untuk dapat menaksir kandungan mineral.
warna tanah yang semakin merah menunjukkan tingkat pelapukan semakin
lanjut. Tanah yang semakin gelap warnanya akan semakin banyak kandungan bahan
organiknya. Warna kuning, coklat, atau merah menunjukkan drainase baik, sedang
warna kelabu kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan drainase jelek. Warna putih
atau pucat menunjukkan horison pengendapan (akumulasi) bahan dari horison
diatasnya. Warna pucat atau kekuningan ini menunjukkan berasal dari mineral
kuarsa, sedang warna merah menunjukkan berasal dari mineral mengandung besi
(Soepardi, 1983).
D.
Sifat-sifat Kimia Tanah
Sejumlah proses tanah dipengaruhi
oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi
oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa
dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak
langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan
hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai
pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi
(Tan, 1991).
Pengujian PH tanah dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan
kertas indikator universal dan dengan alat PH di laboratorium dapat menggunakan
PH meter Beckman H5 (Kuswandi, 1993).
Ion H+ dalam tanah dapat
berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan
kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama
menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan
garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+
dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran
(Notohadiprawiro, 1998).
Binatang biasanya dianggap sebagai
penyumbang sekunder setelah tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan ini atau
bahan organik sebagai sumber energi. Bentuk kehidupan tertentu terutama cacing
tanah, sentripoda atau semut memainkan peranan penting dalam pemindahan sisa
tanaman dari permukaan ke dalam tanah (Soepardi, 1983).
Bahan kapur pertanian ada tiga
macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau
MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau
CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100 % melewati
saringan 20 mesh dan 50 % melewati saringan 80–100 mesh.
Pemberian kapur dapat menaikkan
kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al dan kejenuhan Al, juga
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan
sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman (padi, jagung,
kedelai) ( Bailey, 1986 ).
Penentuan pH tanah dapat ditentukan
secara kalorimetrik dan elektrometrik baik di laboratorium ataupun di lapangan.
Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan pH meter Backman, sedangkan
kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas pH,
pasta pH dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah
tetapi peka terhadap pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan
membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standar dari kertas,
pasta dan larutan indikator universal (Darmawijaya, 1990).
Perilaku kimia tanah dapat
ditafsirkan sebagai keseluruhan reaksi fotokimia dan kimia yang
berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah
insitu. Faktor kelajuan semua reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah
berentangan sangat lebar, antara yang sangat singkat berhitungan menit (reaksi
serapan tertentu) dan yang luar biasa berhitung abad (reaksi yang berkaitan
dengan pembentukan tanah). Reaksi-reaksi tanah diimbas oleh tindakan faktor
lingkungan tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
III.
BAHAN METODE
|
|
4.1. ANALISIS
KIMIA TANAH
4.1.1.
Penerapan pH tanah (penetapan pH H2O dan KCL )
a.
Pembuatan Reagen
Bahan – bahan :
1. Air suling
2. Larutan
1 N KCL (74,5 g KCL dalam 1 L aquades)
Alat – alat
1. pH
meter
2. Tabung
reaksi 50 ml
3. Mesin
kocok
b.
Prosedur Kerja
- Masukkan 10 gram tanah ketabung reaksi dan tambahkan 10 ml Air suling ( pH H2O 1:1 )
- Kocok 30 menit dengan mesin pengocok, kemudian diamkan sebentar atau paling lama 1 jam.
- Ukur dengan pH meter
Untuk
pH KCL sama halnya dengan pH H2O,
10 ml air suling diganti dengan 10 ml KCL 1 N.
4.2.
ANALISIS Al dd dan H dd
4.2.1.
Penetapan Al dan H dapat ditukarkan (Al dd dan H dd )
a.
Pembuatan Reagen
1. Laruatan
1 N KCL dalam 1 L aquades )
2.
NaOH
0,1 N
3.
HCL
0,1 N
4.
NaF
4% ( 4 gram NaF larutan kedalam 100 mL aquades)
b.
Prosedur Kerja
- Masukkan 10 gram tanah kedalam erlemeyer 250 ml
- Tambah 100 ml 1 N KCL, tutup erlemeyer dan kocok selama 15 menit.
- Kemudia diendapkan beberapa saat
- Pipet hasil diendapkan 25 ml masukkan kedalam erlemeyer dan tambah 5 tetes indikator pp sambil dikocok.
- Titer dengan 0,1 N NaOH sampai timbul merah muda, catat jumlah NaOH yang terpakai
- Tambahkan 0,1 ml HCL 0,1 N sehingga warna merah muda hilang
- Tambahkan 10 ml NaF 4% warna merah akan timbul kembali bila tanah tersebut mengandung Al.
- Titer dengan HCL 0,1 N sampai warna merah hilang kembali ( catat jumlah HCL yang terpai)
Perhitungan:
Me
H-dd/100 gram = ( mL NaOH x N NaOH) – ( mL HCL x N HCL )x 40
Me
Al-dd/100 gram = mL HCL xN HCL x40
Konstanta
40 berasal dari = ( 100 mL/25 mL )x (100 gram / 10 gram
4.3.
ANALISIS C-Organik
4.3.1
Penetapan C – organic
Karbon
sebagai senyawa organic akan mereduksi Cr6+ menjadi Cr 3+
dalam suasana asam, intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar Carbon
dan dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645
nm.
a.
Pembuatan Reagen
1.
larutan 1 N K2Cr2O7 ( 49,04 gram K2Cr2O7
dilarutkan dengan 1 L aquades )
2.
asam sulfat pekat (96%)
3. larutan
0,5% BaCl2 ( 5 gram BaCl dilarutkan dengan 1 L aquades )
4.
sukrosa baku
b.
Prasedur reagen
·
Timbang 29,68 gram sukrosa yang kering tanur, larutkan dengan
air suling dalam labu ukur 250 mL.
·
Pipet berturu-turut 5, 10, 15, 20 dan 25 ml larutan diatas,
masukkan kedalam 5 buah labu ukur 100 mL. encerkan hingga 100 ml dengan air
suling.
·
Pipet masing-masing larutan sebanyak 2 mL masukkan kedalam 5
buah erlemeyer,erlemeyer ini berturut-turut mengandung 5, 10, 15, 20, dan 25 mg
C.
·
Timbang 0,2 gram tanah
(bahan organic sedang) atau 0,1 gram (bahan organic tinggi)
·
Timbang 10 ml larutan 1 N K2Cr2O7
dan 20 ml asam sulfat pekat, goncang hingga tercampur kemudian diamkan selama
30 menit.
·
Setelah 30 menit tambahkan 100 ml larutan 0,5 % BaCl2
sehingga sulfat mengendap menjadi BaSO4.
·
Diamkan satu malam hingga jernih.
·
Lakukan juga untuk larutan standar dan
blanko sepeti pekrjaan diatas.
·
Setelah jernih pindahkan larutan kedalam
tabung reaksi, kemudian baru masukkan kedalam kuvet dan ukur absobsi pada
panjang gelombang 645 nm.
·
Catat absobsi sampel dan standar, untuk larutan standar dibuatkan kurva kalibrasinya.
Perhitungan
:
%
C = ( mg C kurva / mg contoh ) x 100%
Persentase
bahan organik = 1,72 x C-organik
4.4.
PENETAPAN KADAR AIR
4.4.1.
Penetapan kadar air
a.
Prosedur Kerja
- Keringkan selama 30 menit cawan pengering kedalam oven pada suhu 105°C
- Setelah 30 menit, masukkan kedalam desikator selama 45 menit dan timbang
- Timbang 5 gram tanah dicawan pengering
- Masukkan kedalam oven pada suhu 105 °C selam 3 menit, pindahkan kedalam desikator.
- Setelah 45 menit lalu ditimbang.
Perhitungan:
%
Kadar air tanah = ( berat tanah basah –
berat tanah kering )/ berat kering tanah x 100%
4.5.
ANALISIS N-TOTAL
4.5.1.
Penetapan Nitrogen total tanah
Senyawa nitrogen organik dapat dioksidasi dalam lingkungan
asam sulfat pekat membentuk (NH4)2SO4. amonium
sulfat yang terbentuk disuling dengan penambahan NaOH. Selanjutnya NH3 yang
dibebaskan diikat oleh asam borak dan dapat dititer dengan H2SO4
dengan menggunakan indikator Conway.
a.
Pembuat Reagen
- Asam sulfat pekat
- Katalis campuran (campuran selen) Dicampurkan 1,55 gram CuSO4 anhidrat,96,9 gram Na2SO4 anhidrat, dan 1,55 gram selen bubuk kemudian digerus.
- Asam borat 2% Dilarutkan 5 gram H3BO3 dengan 0.5 liter aquades
- NaOH 40% 400 gram NaOH dilarutkan kedalam 1 L aquades
- Indikator campuran (petunjuk Conway) Dilarutkan 0,1 grammerah metal ( methylred) dan 0,150 gran hijau bromkresol (bromecrosol green) kedalam 100 mL ethanol absolute.
- Larutan baku asam sulfat 0.05 N
b.
Prosedur Kerja
1. Ditimbang 0,5 gram sampel tanah yang
telah digerus, dimasukkan kedalam tabung digest.
2. Distribusi 0,5 gram katalis campuran
dan tambahkan 3 mL asam sulfat pekat.
3. Didestruksi hingga 3-4 jam pada suhu
200 °C,setelah sempuran (keluar asap
putih) didinginkan lalu diencerkan dengan 25 mL aquades.
4. Hasil dektruksi pindahkan kedalam
labu didih, jadikan 100 mL larutan
5. Ditambah 30 mL NaOH
40%, lalu didestilasi.
6. Untuk menampung
destilat disiapkan erlemeyer 100 mL yang berisi 10 mL H3BO3
1% dan ditambah 3 tetes indicator campuran.
7. Destilasi
dilakukan sampai warna penampung menjadi hijau dan diperoleh destilat
sekitar 50-75 mL.
8. Destilat dititer dengan H2SO4
0,05
Perhitungan : % N = (T2 – T1 x N
x 0.014 x100)
Gram sampel
Diman : T1
= mL H2SO4 yang terpakai untuk titrasi blanko
T2
= mL H2SO4 yang terpakai untuk titrasi sampel
N = Normalitas H2SO4
6. Rasio C/N
Rasio C/N dihitung secara matematis
Rasio
C/N = % N-total
4.6.
ANALISIS FOSFOR TERSEDIA
4.6.1.
Analisis fosfor tersedia (metoda Olsen)
Fosfor dalam suasana netral / alkalin dalam tanah akan
terikat sebagai Ca,Mg-PO4. pengekstrak NaHCO3 akan
mengendapkan Ca,Mg-CO3 sehingga PO4 3- dibebaskan
kedalam larutan. Pengekstrak ini juga dapat digunakan untuk tanah asam terikat
sebagai Fe. Al-hidroksida, sebagai fosfat dibebaskan.
a.
Pembuatan reagen
1. pengekstrak NaHCO3 0,5 N,
pH 8,5 dilarutkan 42,0 gram NaHCO3 dengan aquades encerkan menjadi 1 L, pH
larutan ditetapkan menjadi 8,5 dengan penambahan NaOH.
2. Pereaksi pekat
Dilarutkan
12 gram ammonium molybdate, (NH4)6Mo7O24. 4H2O dengan 100 mL aquades,
ditambahkan 0.227 gram K(SbO)C4H4O6. dan secara perlahan tambahkan 140 mL H2SO4
pekat, jadikan 1 L.
3. pereaksi warna P
campuran
1,06 gram asam absorbat dan 100 mL pereaksi P pekat kemudian jadikan 1L
(tambahkan 25 mL H2SO4 N sebelum diencerkan)
4. Larutan induk P 500 ppm
Dilarutkan
2,1954 gram KH2PO4 (keringkan pada suhu 40 °C) dengan aquades, encerkan menjadi
1L
5. Larutan standar (0,5; 1,0; 2,0; 4,0;
8,0)
b.
Prosedur kerja
Ditimbang
1,0 gram sampel tanah masukkan kedalam Erlenmeyer, ditambah 20 mL pengekstrak
olsen kemudian dikocok selama 30 menit. Disaring dengan kertas whatman 42 dan
bila larutan keruh kembali. Ekstrak dipipet 2 mL kedalam tabung reaksi dan
selanjutnya bersama deren standar ditambah 10 mL pereaksi pewarna P kocok hingga homogen dan biarkan selama 30
menit. Absobsi larutan diukur dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang
693 nm.
Perhitungan : konsentrasi fosfor dihitung dengan menggunakan
regresi liner dari larutan standar.
Kadar P tersedia (ppm) = ( konsentrasi terukur x mL ekstrak
)/ g contoh.
Prosedur kerja:
1.
Pipet sampel yang diekstrak sebanyak 10 ml,masukkan kedalam
labu ukur 50 ml
2.
Tambah 10 ml reagen pereaksi pewarna fosfor
3.
Enceran sampai tanda batas, lalu di aduk.
4.
Diamkan selama 10 menit, setelah 10 menit ujur absobsinya
pada panjang gelombang 660 miro meter.
5.
Untuk larutan standar sama pekerjaan dari Mo 1-4.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
Hasil
dari praktikum dasar-dasar ilmu tanah adalah sebagai berikut:
1.
Analisis kimia tanah
pH tanah humus adalah 6.12
2. Analisis
Al dd dan H dd
H dd / 100 gram =
( mL NaOH x N NaOH) – ( kandungan Al x N HCL) x 40
=
( 1,9 x 0,1 ) x 40
=
7,6
Konstanta 40 berasal dari =
(50 mL / 25 mL) x (100 gram / 5 gram)
=
2 mL x 20 gram
=
40
7,6 x 2,1 = 15,96
Jadi,
tanah humus yang mempunyai kandungan pH 5,23 dibutuhkan pengapuran sebanyak
15,96 ton/Ha.
3.
Analisis N-total
N = T2 – T1 x N x 0,014 x 100
Gram sampel
N = ( 6,4 – 3 ) x 0,05 x 0,014 x 100
0,5551
N = 0,428
Jadi, kandungan N pada tanah Aluvial adalah 0,428
4.
Analisis C-organik
B
= 0,008
A
= 0,0014
Spektro
= 0,402 Abs
Sampel
tanah = 203 Mg
% C = (Mg C kurva / Mg contoh ) x 100 %
= 50,08 /
203 x 100
= 24,67 %
%
Bahan organic = 1,72 x 24,67
= 42,43 %
Konstanta (Mg C ) =
( Abs Y – A / B )
= ( 0,402 –
0,0014 / 0,008 )
=
0,227
Jadi, analisis C-organik adalah 0,227
5.
Penetapan kadar air
Berat
basah tanah + berat breaker kering =
5,0734 + 94,4308
=
99,5042
=
99,5042 – berat kering terakhir
=
99,5042 – 97,9307
=
1,5735
Kandungan air tanah = Berat basah tanah – Berat kering tanah
Berat
kering tanah
= 99,5042 – 3,4999
3,4999
=
27,43 %
6.
Analisis Fosfor tersedia
Ppm = 2,19
Berat
tanah = 1,0081 gram
Ekstrak
olsen = 20 mL
X ppm =
Abs Y – A / B = 2,19
A =
0,002
B =
0,013
Abs Y =
0,026 – 0,02
0,013
=
0,026 – 1,53
=
1,512
Mg / Kg = 2,19
x ekstrak olsen (20)
Kandungan
fosfor berat tanah
=
2,19 x 20
1,008
= 43,46
7.
Menentukan 0,1 N HCL untuk membuat larutan stok 500 mL. (0,5 L) BE HCL = H =
1x1, Cl = 1x 35,46 = 35,46.
Jumlah
massa atom
BE = 1 x 35,46
=
35,46
Il = 1,17
%
H2SO4 = 37 %
0,1
N = V x N BE
10 x (massa jenis ) x %
0,1
N = 0,5 x 0,1 x 35,46
10 x 1,17 x37
0,1
N = 1,823 / 432,9
= 0,00421
Diubah
ke mL = 0,00421 x 1000 mL = 4,2 mL HCL +
Aquades
495,8 = 500 mL
8.
Menentukan 4 % NAF
NAF
4 % = 4 / 100 x 100 mL Aquades
= 4
V.
PENUTUP
|
|
5.1. Kesimpulan
1. Kandungan pH pada tanah humus adalah
6.12
2. Kandungan H-dd dan Al-dd pada tanah
humus adalah 15.96
3. Kandungan N-organik pada tanah humus
adalah 0.428
4. Kandungan C-organik pada tanah humus
adalah 0.227
5. Kandungan fosfor tersedia pada tanah
humus adalah 43.46 mg/kg
6. Kandungan kadar air pada tanah humus
adalah 27.43 %
5.2. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah
kedepannya sebaiknya asdos lebih memberikan ruang bagi mahasiswa/i untuk
melakukan kegiatan ini sediri dan sambil dibimbing oleh asdos agar mahasiswa/i
tahu hasil-hasil praktikum yang dicari.
|
Hardjowigwno,
S.1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika presisindo. Jakarta.
Mohr, E.C.J., 1933. De Bodem der Tropen in het Algemeen, en die
van Nederlandsch-Indie in het Bijzonder. (Tanah-tanah di Daerah Tropis,
dengan rujukan khusus di Hindia Belanda)
Mohr, E.J.C., van Baren, F.A. and van
Schuylenborgh, J., 1972. Tropical soils: a comprehensive
study of their genesis. 3rd edition. Mouton – Ichtiar Baru – van Hoeve, Den Haag
Lampiran
1. Jadwal Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah Tahun 2012/2013
No
|
Hari, Tgl/Bln/Tahun
|
Kegiatan Praktikum
|
1
|
Sabtu, 15 Desember
2012
|
Uji analisis kadar
air tanah, Analisis Al-dd dan H-dd, Analisis N total, Analisis fosfor
tersedia, Analisi pH tanah, Analisis C-Organik
|
2
|
Senin, 17 Desember
2012
|
Analisis C-Organik
|
Lampiran
2. Dokumentasi Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah Tahun 2012/2013
Gambar 1. Penimbangan tanah
humus Gambar 2. Menentukan pH tanah
humus
Gambar 3. pH Tanah Humus Gambar 3. Mencari Al-dd
Gambar 5. Alat Pencampuran Gambar 6. Alat
Pencampuran
Gambar 7. Mencari H-dd Gambar 8. Alat
Pendingin
Gambar 9. Mencari C-Organik Gambar 1. Mencari gelombang C-organik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari......