LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
OLEH :
AGUS ISTANTO
114210076
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2013
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN
PRATIKUM
OLEH :
NAMA
: AGUS ISTANTO
NPM : 114210076
PROGRAM
STUDI : AGRIBISNIS
Mengetahui,
Assisten
Dosen I Asisten
Dosen II
Nurwansyah. SP Maruli
Tua. SP
Menetujui,
Ir.
Zulkifli, MS
Dosen Pengasuh Mata Kuliah
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur atas
Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul’’ Fisiologi Tumbuhan
Dasar’’.
Laporan ini saya
susun untuk memenuhi tugas Fisiologi Tumbuhan Dasar, Atas terselesaikannya
laporan ini, saya ucapkan terima kasih kepada Ir.Zulkifli.MS selaku dosen
matakuliah Fisiologi Tumbuhan Dasar dan Kepada Nurwansyah dan Maruli Tua selaku
asisten dosen (asdos) juga Orang tua yang memberi dukungan moril maupun materil
Dan kepada semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis sudah berusaha dengan semaksimal mungkin
melaksanakan penulisan Laporan ini dengan baik, Jika menurut Bapak/Ibu dan
saudara masih ditemukan kekurangan dan kelemahannya, segala kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan ini. Dan atas bantuan semua
pihak, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Pekanbaru, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... iv
I. pENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar
Belakang................................................................................ 1
B.
Tujuan
Praktikum .......................................................................... 3
II. TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................... 4
III. bahan dan metode................................................................ 11
A.
Tempat
dan Waktu......................................................................... 11
B.
Bahan
dan Alat .............................................................................. 11
C.
Metodelogi Praktikum .................................................................. 11
D.
Pelaksanaan Praktikum..................................................................
13
E.
Parameter pengamatan .................................................................. 14
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN....................................................... 15
A.
Judul
Praktikum I........................................................................... 15
B.
Judul
Praktikum II.......................................................................... 16
C.
Judul
Praktikum III......................................................................... 17
D.
Judul
Praktikum V.......................................................................... 18
V. PENUTUP.........................................................................................
19
A.
Kesimpulan.................................................................................. 19
B.
Saran............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 20
LAMPIRAN........................................................................................... 21
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1.
Respon
Biji Terhadap Konsentrasi Garam dan Lama Perendaman... 15
2.
Fotosintesis...................................................................................... 16
3.
Fotopriodisme.................................................................................. 17
4.
Nutrisi
Tanaman.............................................................................. 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan
Penelitian................................................................ 21
2. Dokumentasi penelitian.................................................................... 22
I.
PENDAHULUAN
|
|
1.1.
Latar
Belakang
Fisiologi tumbuhan merupakan salah
satu cabang biologi yang mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi
dalam tubuh tumbuhan, faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama
yang sangat penting. Air memiliki peran yakni : sebagai penyusun protoplasma,
sebagai reagen dalam proses – proses fotosintesa dan didalam proses hidrologi,
sebagai zat pelarut dan trasnpirasi hara dan makanan.
Proses difusi merupakan perpindahan (gerak)
molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju larutan berkonsentrasi rendah
hingga mencapai keseimbangan dinamis. Osmosis adalah perpindahan (gerang)
molekul berpotensi tinggi ke pberpotensi rendah melalui jaringan pemeabel
hingga tercapai keseimbangan yang dinamis. Imbibisi merupakan proses masuknya
air kedalam benih akibat terjadinya perbedaan tekanan dari dalam dan luar
benih.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai
(nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup
bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya
fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan
energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai
fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah
bakteri belerang.
Fotopriodisme adalah gerak
yang terjadi pada tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan cahaya. Bila cahaya yang datang dari atas
tumbuhan, tubuhan akan tumbuh tegak mengarah keatas. Hal ini dapat kamu amati
pada tumbuhan yang hidup dialam bebas. Tanaman pot yang diletakana di dalam
ruangan dan mendapatkan cahaya dari samping, maka ujung batang akan tumbuh
membengkok kearah datangnya cahaya. Pada tumbuhan, bagian yang peka terhadap
rangsangan adalah bagian ujung tunas. Bila gerak tersebut mengarah kesumber
rangsangan disebut fotopriodisme positif, misalnya gerak tubuh ujung tunas
kearah cahaya. Sedangkan gerak yang menjadi sumber rangsangan disebut
fotopriodisme negative, misalnya gerak tumbuh akar yang menjauhi cahaya.
Nutrisi tanaman merupakan zat pembentuk energi pada tanaman
untuk melakukan seluruh aktifitas fisiologi. Nutris tanaman berupa hara, air
dan mineral yang terkandung dimedia
tumbuh baik melalui pemberian maupun tersedia secara alami dari proses
pembentukan media tumbuh.
Kebutuhan nutrisi setiap jenis tanaman berbeda – beda yang
dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam yaitu faktor – faktor yang
ada pada diri tumbuhan ini sendiri baik antara lain : bentuk daun, bentuk akar,
batang, bentuk buah dan genetik. Sedangkan faktor luar yaitu faktor yang
berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi tanaman antara lain : suhu, kelembaban,
cuaca, iklim dan sinar matahari. Jumlah kebutuhan nutrisi pada tanaman erat
kaitannya dengan proses fotosintesis, pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
transpirasi, dan lain – lain yang berhubungan dengan fisiologi didalam tubuh
tumbuhan.
1.2. Tujuan Praktikum
1.
Untuk membuktikan terjadinya proses difusi, osmosis dan
imbibisi pada biji
2.
Untuk mengetahui kondisi biji sebelum dan sesudah terjadinya
proses difusi, osmosis dan imbibisi
3.
Untuk mengetahui besar fotosintesis tanaman dalam satu hari
4.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi fotosintesis
5.
Untuk mengetahui respon tanaman terhadap pengaruh cahaya
matahari
6.
Untuk mengetahui besar kecilnya drajat kemiringan tanaman
akibat rangsangan cahaya matahari
7.
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan nutrisi pada tanaman
8.
Untuk mengetahui pengaruh kekurangan dan kelebihan nutrisi
pada tanaman
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
|
Imbibisi adalah absorbsi air oleh bahan-bahan koloid dan zat
padat dalam (bagian) tumbuhan. Masuknya
air disertai membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat tumbuhan.
Imbibisi dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar ( Said Haran, 1985 ).
Menurut ( Siti Sutarmi Tjitrosomo, 1985 ) imbibisi
adalah absorpsi air oleh bahan – bahan koloid dan zat padat dalam bagian
tumbuhan. Masuknya air sering disertai dengan membengkaknya bahan koloid dan
peningkatan berat tumbuhan. Misalnya, biji akan menjadi lebih besar jika
diletakkan dalam air atau tanah yang lembab, dan hal ini dikatakan sebagai
proses imbibisi. Pada imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti pada
osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan struktur – struktur mikroskopis
dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati, protein, dan bahan lainnya
menarik dan memegang molekul air dengan gaya tarik antar molekul.
Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan
bersama yaitu difusi dan osmosis. Pada umumnya air dan bahan yang larit di
dalamnya, masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa malainkan satu per
satu molekul setiap kali. Pergerakan netto dari satu tempat ke tempat lain
akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion yang
disebut difusi. Difusi terjadi akibat pergerakan konsentrasi dari satu titik
dengan titik lain ( Frank Salisbury, 1995 ).
Difusi berbeda dengan osmosis. Osmosis terjadi karena adanya
membran yang bersifat permeable terhadap molekul air. Difusi dan osmosis
merupakan suatu proses perembesan air melalui selaput, sehingga terjadi
keseimbangan antara kepekatan cairan di sebelah menyebelah ( kedua bagian )
yang kedua bagian dibatasi selaput tersebut. Perbedaan kepekatan sitoplasma
suatu sel dengan lingkungan dapat menyebabkan perubahan bentuk atau kerusakan
sel.
Cara yang terbaik untuk menyatakan gejala difusi suatu
zat yaitu dengan menggunakan perbedaan nilai potensial kimia ( satuan energi
per gram molekul ) zat tersebut antara dua daerah. Jika terdapat perbedaan
nilai potensial kimia air di antara dua daerah, air akan bergerak secara
spontan asalkan tidak ada yang
menghalangi aliran air tersebut. Arah gerakan neto air tersebut dari daerah
dengan potensial kimia yang tinggi ke daerah yang potensial kimianya lebih
rendah. Gerakan neto air ini akan berlangsung terus sampai potensial kimia air
pada kedua daerah itu menjadi sama. Pada titik keseimbangan, gerakan neto air
akan terhenti. Istilah potensial kimia air ini biasanya dikenal dengan istilah
potensial air ( Siti Sutarmi Tjitrocomo,1985 ).
Imbibisi tidak ada keterlibatan
membran, seperti pada osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan
struktur-struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati,
protein dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya
tarik antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh potential matrik (
Siti Sutarmi Tjitrosomo, 1985 ).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai
(nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup
bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya
fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan
energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai
fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah
bakteri belerang.
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat
mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya.
Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan
persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O
+ 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa)
+ 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain
seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini
berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada
hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler
berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain
akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan
energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna
hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.
klorofil
menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian
tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar
energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.
Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju
mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun
biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang
berlebihan.
Fotoperodisme
adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya hari)
yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan untuk
fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran
yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan
tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan
(1994) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ
reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang
>14 jam dalam setiap periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan
yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10
Jam (Mader, 1995).
Berdasarkan
panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: Tumbuhan
hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam
sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan
bunga matahari. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang,
contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau. Tumbuhan hari sedang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari.
Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu. Tumbuhan hari netral, tumbuhan
yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari
netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Pada tahun
1940-an peneliti menemukan bahwa sesungguhnya panjang malam atau panjang
kegelapan tanpa selingan cahaya atau niktoperiode, dan bukan panjang siang
hari, yang mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap fotoperiode
(franklin, dkk, 1991). Banyak peneliti bekerja dengan cocklebur, yaitu suatu
tumbuhan hari pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata
lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika siang hari
fotoperiode diselang dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada
pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari
fotoperiode disela dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan
tersebut tidak akan berbunga.
Pengetahuan tentang nutrisi tanaman
telah dihimpun sejak zaman sebelum masehi, misalnya diketahui dari penemuan
Herodatus pada 2500 SM di lahan pertanian Mesopotamia (daerah yang dibatasi
oleh delta tigris dan sungai Euphrat) diketemukan fakta bahwa bila tanaman satu
jenis ditanam terus-menerus pada lahan yang sama mengakibatkan kesuburan
tanahnya menurun. Namun apabila tanah tersebut diberi pupuk kandang maka
kesuburan tanahnya dapat dipertahankan, dengan perkataan lain bahwa organ
tanaman yang dipanen menguras bahan-bahan yang ada dalam tanah sehingga tanpa
penambahan bahan pupuk kandang mengakibatkan banyak bahan yang terkuras
akhirnya kesuburan tanah dan hasil tanaman makin berkurang. Dari penemuan
tersebut sudah diketahui bahwa adanya indikasi bahwa terdapat sumber makanan
yang berada dalam tanah dan berguna bagi tanaman (Heddy, 1990).
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi
suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya
pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya
unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di
atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu
tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur
tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7
unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Menurut ARNON
dan STOUT ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat
disebut sebagai unsur esensial.
Semua tanaman membutuhkan unsur–unsur
hara esensial. Terdapat 16 unsur hara esensial bagi tumbuhan, sebagian besar
diperoleh dari dalam tanah yaitu sebanyak 13 jenis, sisanya yaitu C, H dan O
berasal dari udara. Berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggap
berkecukupan dalam jaringan tumbuhan, maka unsur hara esensial dibedakan
menjadi unsur makro dan unsur mikro. Yang tergolong unsur makro (C, H, O, N, P,
K, Ca, Mg dan S) adalah unsur esensial dengan konsentrasi 0,1 % (1000 ppm) atau
lebih; sedangkan unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1 % digolongkan sebagai
unsur mikro (Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu dan Mo). Kekurangan unsur hara
akan menyebabkan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan dan gejala-gejala lain
yang dapat mengganggu mutu pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya menurunkan
produksi yang dihasilkan (Filter, 1991).
Suatu tanaman dapat tumbuh, berkembang
dan berproduksi sampai menyelesaikan suatu siklus hidup dengan sempurna
biasanya membutuhkan enam belas unsur esensial. Keenambelas unsur hara tersebut
terbagi kedalam dua bagian besar yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro terdiri dari 9 unsur sedangkan unsur mikro atau trace element
terdiri dari 7 unsur. Unsur hara makro biasanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah
yang lebih besar atau lebih banyak dibandingkan unsur hara mikro yaitu dalam
satuan gram-kg/tanaman (Dwijoseputro, 1983).
Unsur mikro sendiri dibutuhkan sekitar
mg – gram/tanaman saja. Kenyataan yang sering kita jumpai dilapang, petani
kadang hanya memberikan unsur hara makro saja sedangkan pemberian unsur hara
mikro itu sendiri sering dilupakan. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat kita
seringkali berpendapat bahwa penggunaan pupuk konvensional sudah cukup
memberikan nutrisi bagi perkembangan maupun pertumbuhan tanaman. Memang tak
dapat dipungkiri bahwa selama ini masyarakat petani merasa tanamannya telah
diberikan nutrisi yang cukup dengan pemupukan konvensional tersebut. Dengan
penggunaan dosis yang ada, mereka merasa sudah cukup karena produksi yang
dihasilkan tidak begitu mengecewakan (Dartius, 1991).
|
|
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini telah dilaksanakan di
kampus Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau jalan Kaharuddin Nasution KM
11, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Waktu yang
digunakan dalam praktikum ini adalah 3(tiga) bulan terhitung dari bulan Oktober
sampai dengan Desember 2012 pada setiap hari Senin pukul 16.00 WIB.
B. Alat
Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut : toples, sendok, pisau, timbangan analitik, kamera,
oven, gunting, penggaris, media tanam, botol Aqua, hansprayer, kotak
penyungkup, potometer, dan alat-alat tulis. Sedangkan bahan yang diguanakan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : kentang, pinang, kacang tanah,
air, daun tanaman nangka, daun tanaman matoa, alkohol 70%, bahan tanaman (kacang
hijau),
C. Metodelogi Praktikum
Pada praktikum pertama metodelogi yang digunakan adalah rancangan
observasi/pengamatan pada perlakuan tiap sampel yang digunakan dan pada tiap-tiap praktikum.
a. Praktikum pertama mengenai respon
perendaman biji terhadap larutan garam dengan perlakuan :
Perlakuan Pertama
terdiri dari :
A0 = Air biasa
(perlakuan kontrol)
A1 = 50 g garam/L air
A2 = 100 g garam/L air
A3 = 150 g garam/L air
Perlakuan kedua terdiri
dari :
W1 = 30 Menit
W2 = 60 Menit
W3 = 90 Menit
W4 = 120 Menit
b. Pada praktikum kedua metodelogi yang digunakan adalah rancangan
Observasi/pengamatan pada perlakuan tiap sampel yang diguankan.
c. Pada praktikum ketiga metodelogi yang digunakan adalah rancangan
Observasi/pengamatan pada perlakuan tiap sampel yang diguankan. Pada praktikum
ketiga rancangan yang digunakan sama pada rancangan pertama dan kedua tetapi
pada rancangan ketiga memerlukan perlakuan adalah kemiringan nauangan yaitu :
1.
30º
2.
60º
3.
90º
d. Pada praktikum kelima metodelogi yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan metode
Observasi/pengamatan pada perlakuan tiap sampel yang digunakan sesuai dengan
perlakuan yang diberikan.
D. Pelaksanaan Praktikum
a.
Pelaksanaan praktikum pertama : sediakan alat dan bahan,
timbang garam sesuai perlakuan, timbang berat biji pinang, kacang tanah dan
kentang (kentang dikupas terlebih dahulu dan jangan dicuci, serta di catat
hasil penimbangannya), ambil toples ukuran 1000 ml (toples diisi air 950 ml, tambahkan
garam ke dalam toples sesuai perlakuan, aduk hingga larut, serta tambah kan
kembali dengan air sehingga volume menjadi 1000 ml), rendam biji sesuai
perlakuan, timbang kembali bii setelah perendaman (catat), amati apa yang
terjadi pada benih.
b.
Pelaksanaan praktikum kedua : sediakan bahan dan alat,
ambil dau nangka dan matoa pada pagi hari (sebelum pukul 07.00 pagi), sayat
bagian daun sebelah kiri pada pagi hari dan bagian daun sebelah kanan pada sore
hari dengan ukuran 10 x 5 cm, timbang syatan daun pada pagi hari sebagai berat
basah (BB), lalu daun yang telah di sayat pada pagi hari di keringkan, timbang
kembali daun tersebut catat sebagai berat kering (BK), hitung besar nya
fotosintesis pagi hari dengan rumus (BB dikurang BK), ulangi kegiatan diatas pada
sore hari (pukul 16.00), hitung besar fotosintesis dalam satu hari dengan rumus
(fotosintesis sore hari – fotosintesis pagi hari).
c.
Pelaksanaan praktikum ketiga : sediakan alat dan bahan
praktikum, tanam biji kacang hijau kedalam media yang disediakan, letakkan
tanaman pada tempat yang di naungi sebagian sampai kemiringan 30º, 60º, 90º
kearah barat, siram tanaman satu kali sehari, amati arah tumbuh tanaman sampai
umur 1 bulan setelah tanam, buat 3 ulangan untuk setiap jenis tanaman.
d.
Pelaksanaan praktikum kelima : sediakan alat dan bahan praktikum, isi toples dengan air sebanyak 1000 ml, buat
lubang pada tutup toples dengan pisau kemudian sterofoam dibentuk bulatan pada
tengah – tengahnya dibuat lubang dengan ukuran sesuai diameter batang tanamanm,
tanam tanaman diatas toples dimana setiap toples ditanam 1 jenis tanaman, tutup
permukaan toples dengan sterofoam hingga tidak terdapat celah untuk udara
masuk, amati dan ukur beberapa volume air yang tersisa setelah penanaman selama
14 hari.
E. Parameter Pengamatan
a.
Parameter praktikum pertama adalah morfologi biji sebelum
dan setelah perendaman, berat biji sebelum dan sesudah perendaman, hasil
pengamatan disajikan dalambentuk tabel.
b.
Parameter praktikum kedua adalah hitung besar
fotosintesis tanaman dalam satu hari, data hasil pengamatan disajikan dalam
bentuk tabel.
c.
Parameter praktikum ketiga adalah ukur daerah yang
mengalami pemanjangan sel, pengambilan data dilakukan sebanyak 4 kali, hasil
pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
d.
Parameter praktikum yang kelima adalah amati apa yang terjadi pada tanaman, ukur
volume transpirasi, hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Respon biji terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman
Hasil
pengamatan terhadap respon biji terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman
yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini:
Benih
|
Perlakuan
|
Berat Sebelum Perendaman (g)
|
Berat Sesudah Perendaman (g)
|
Respon Biji
(g)
|
Pinang
|
A3W1
|
34.8
|
35.2
|
0.4
|
A3W2
|
31.1
|
31.9
|
0.8
|
|
A3W3
|
32.4
|
32.5
|
0.1
|
|
A3W4
|
36.2
|
36.6
|
0.4
|
|
Kacang Tanah
|
A3W1
|
2.0
|
2.2
|
0.2
|
A3W2
|
1.8
|
2.0
|
0.2
|
|
A3W3
|
2.0
|
2.3
|
0.3
|
|
A3W4
|
2.2
|
2.4
|
0.2
|
|
Kentang
|
A3W1
|
16.3
|
14.9
|
1.4
|
A3W2
|
10.5
|
9.3
|
1.2
|
|
A3W3
|
15.8
|
13.8
|
2
|
|
A3W4
|
10.0
|
8.4
|
1.6
|
Tabel
1. Hasil Pengamatan Respon Biji Terhadap Lama Perendaman
Data
pada tabel 1. Menunjukkan bahwa penyerapan air paling banyak dalam praktikum ini adalah pinang sehingga
menambah berat biji, tetapi pada kentang terjadi sebaliknya dan berakibat berat
kentang berkurang. Pengaruh garam dan lama perendaman dan Penyerapan air
melalui proses imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama terjadi pada
perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm
akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah.
Makanan cadangan yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak
dan protein.
Sedangkan
data hasil pengamatan terhadap bentuk morfologi benih dengan lama perendaman
larutan garam dapat dilihat pada table 2 dibawah ini :
Indikasi
|
Benih
+ Perlakuan
|
Marfologi
benih
|
|
Sebelum Perendaman
|
Sesudah
perendaman
|
||
1. Tekstur
2. Warna
|
Pinang
A3W4
|
1. Keras
2. Hijau
kekuningan
|
1. Keras
2. Hijau
kekuningan
|
3. Tekstur
4. Warna
|
K.Tanah
A3W4
|
1. Keras
2. Coklat
Kemerahan
|
1. Keras
2. Coklat
pucat
|
3. Tekstur
4. Warna
|
Kentang A3W4
|
1. Keras
sedikit lembut
2. Kekuningan
|
1. Keras
sedikit lembut
2. Kuning
kecoklatan
|
Tabel2.
Pengaruh lamanya perendaman
Data pada tabel
2. Menunjukkan bahwa lama perendaman mempengaruhi bentuk dari biji yang
direndam karna terdapat proses difisi, osmosis dan imbibisi.
4.2.
Fotosintesis
Hasil
pengamatan terhadap fotosintesis yang telah dilakukan dalam pratikum dapat
dilihat pada tabel 3 :
No
|
Daun
|
Pagi
|
Sore
|
Fotosintesis satu hari (g)
|
||||
BB
|
BK
|
Hasil
|
BB
|
BK
|
Hasil
|
|||
1
|
Matoa
|
0.8978
|
0.3286
|
0.5692
|
0.8384
|
0.2571
|
0.5813
|
1.1505
|
2
|
Nangka
|
0.8592
|
0.2150
|
0.6442
|
0.9295
|
0.3362
|
0.5893
|
1.2335
|
Tabel 3. Hasil Praktikum
Fotosintesis
Data pada tabel
3. Menunjukkan bahwa proses Fotosintesi paling banyak dalam satu hari adalah
tanaman nangka sedangkan pohon matoa
lebih sedikit dari tanaman nangka dalam proses fotosintesis.
Faktor yang
mempengaruhi proses fotosintesis adalah
- Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika
banyak cahaya.
2. Konsentrasi
karbon dioksida
Semakin
banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses
fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju
fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi
enzim.
- Kadar air
Kekurangan
air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida
sehingga mengurangi laju fotosintesis.
- Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
4.3.
Fotopriodisme
Hasil
pengamatan terhadap fotopriodisme yang telah dilakukan dalam pratikum dapat
dilihat pada tabel 4. di bawah ini :
Pengamatan Ke
|
Daerah Panjang Sel
|
||||||
300
|
600
|
900
|
|||||
1
|
I
|
7
|
15
|
8
|
20
|
7
|
9
|
II
|
7.5
|
13
|
8
|
18
|
8
|
11
|
|
III
|
8
|
17
|
9
|
12
|
7.5
|
13
|
|
Rerata
|
7.5
|
15
|
8.3
|
16.6
|
7.5
|
11
|
|
2
|
I
|
8
|
15.5
|
9
|
21
|
8
|
10
|
II
|
8.5
|
13.5
|
8.5
|
20
|
8.5
|
12
|
|
III
|
8.5
|
18
|
9.5
|
14
|
8
|
13.5
|
|
Rerata
|
8.3
|
15.6
|
9
|
18.3
|
8.1
|
11.8
|
|
3
|
I
|
9
|
16
|
10
|
22
|
9
|
10.5
|
II
|
9
|
14
|
9
|
20.5
|
9
|
12.5
|
|
III
|
10
|
19
|
10.5
|
15
|
8.5
|
14
|
|
Rerata
|
9.6
|
16.3
|
9.8
|
19.3
|
8.8
|
12.6
|
|
4
|
I
|
10.5
|
17
|
11
|
22.5
|
10
|
11
|
II
|
10
|
14.5
|
10
|
21
|
10.5
|
13.5
|
|
III
|
11
|
20
|
11.5
|
16
|
9.5
|
15
|
|
Rerata
|
10.5
|
17.5
|
11.1
|
20.1
|
10
|
13.1
|
Tabel 4. Hasil Pengamatan
Fotopriodisme
Data pada tabel
4. Menunjukkan bahwa cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
tanaman akan mengikuti cahaya yang datang sehingga apabila kekurangan cahaya
makan tanaman akan memanjangkan sel ya untuk mencapai cahaya tersebut.
4.4. Nutrisi Tanaman
Hasil
pengamatan terhadap nutrisi tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat
dilihat pada tabel 5, dibawah ini :
Tanaman
|
Volume Air yang Diserap
|
||
2 hari
( ml )
|
7 hari
( ml )
|
14 hari
( ml )
|
|
Kangkung
|
980
|
800
|
725
|
Bayam
|
990
|
912
|
760
|
Jagung
|
995
|
917
|
800
|
Tabel 5. Hasil Pengamatan
Penyerapan Nurisi
Data pada tabel
5. Menunjukkan bahwa tanaman yang banyak menyerap air adalah tanaman kangkung
dibandingkan tanaman jagung yang hanya membutuhkan air yang tidak terlalu
banyak.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilaksanakan pada praktikum fisiologi tumbuhan dasar
adalah bahwa pada setiap praktikum yang saya ikuti semua praktikumnya sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman sehingga apabila salah satu terganggu
atau tidak beroprasi dengan baik maka akan mengganggu proses pertumbuhan
tanaman.
5.2
Saran
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah saya ikuti maka saya
menyarankan agar praktek yang kita lakukan ini berjalan dengan jadwal
yang telah dijadwalkan sehingga tidak membuat mahasiswa/I kebebingungan atau
kerepotan dalam membuat laporan yang harus dikerjakan atau dikumpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Lakita.2003. Dasar Dasar
Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dwidjoseputro.D,
2002 . Pengantar Fisologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka.jakarta.
Prawiranata.w, ddk. 1991. Fotopriodisme,
Dasar Dasar Fuisiologi Tumbuhan Jilid III Departemen Botani Fakultas Peranian
Institut Pertanian Bogor. Bandung
Pranata. W. ddk. 2001. Dasar Dasar
Fisiologi Tumbuhan Jilit I,II Dep.
Botani Fak. Pertanian IPB.
Salisbury. F. B. Ross C. W. 1992. Plant
Physology.Fourth Edition. Wadsworth Publishing Company. Belmont – California.
Lampiran
1. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Praktikum
|
Bulan/Tahun
2012
|
||||||||||||||||||
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1. Pengarahan
Praktikum
|
X
|
||||||||||||||||||
2. Praktikum
I
|
X
|
||||||||||||||||||
3. Presentase
Hasil Praktikum I
|
X
|
||||||||||||||||||
4. Praktikum
II
|
X
|
||||||||||||||||||
5. Presentase
Hasil Praktikum II
|
X
|
||||||||||||||||||
6. Praktikum
III
|
X
|
||||||||||||||||||
7. Presentase
Hasil Praktikum III
|
X
|
||||||||||||||||||
8. Praktikum
IV
|
X
|
||||||||||||||||||
9. Presentase
Hasil Praktikum IV
|
X
|
||||||||||||||||||
10. Praktikum
V
|
X
|
||||||||||||||||||
11. Presentase
Hasil Praktikum V
|
X
|
||||||||||||||||||
12. Praktikum
VI
|
X
|
||||||||||||||||||
13. Presentase Hasil Praktikum VI
|
X
|
||||||||||||||||||
14. Laporan
|
|||||||||||||||||||
Lampiran 2.
Dokumentasi
Gambar
1. Lamanya Perendaman G ambar 2. Lamanya
Perendaman
Gambar
3. Daun fotosintesis sebelah kiri Gambar 4. Daun
fotosintesis sebelah kanan
Gambar
5. Kota nasi yang digunakan dalam
praktek
Gambar
6. Kater yang digunakan dlm praktek Gambar
7. Media yang digunakan menanam
Gambar
8. Fotoprodisme dalam kotak nasik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari......