I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbanyakan
secara generatif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam proses
pembiakan tanaman. Melaui perbanyakan generatif, biji yang telah memenuhi
syarat ditanam hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak. Biji yang
ditanam tersebut merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah sebagai
hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi.
Keuntungan
perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya yang relatif murah,
penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila
disimpan dalam lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk untuk
respirasi dan kegiatan enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang
bebas penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun demikian
terdapat pula kelemahan pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat
untuk tanaman-tanaman heterozigot, sehingga dihasilkan beberapa tanaman
keturunan yang sifatnya tidak sama dengan induknya
Dalam kegiatan
budidaya tanaman istilah biji, benih, dan bibit mempunyai pengertian berbeda.
Istilah biji digunakan untuk menyebut bagian tanaman yang berfungsi sebagai
unit penyebaran tanaman secara alamiah. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi
tanaman tanpa campur tangan manusia.
Benih diartikan
sebagai biji tanaman yang telah mengalami pelakuan dan akan digunakan untuk
tujuan perbanyakan tanaman. Menurut Sadjad (1993) biji tumbuh kalau dipelihara
dan ditangani untuk tujuan budidaya dikatakan biji tersebut berfungsi sebagai
benih. Contoh durian yang memang sengaja ditanam tanpa dipelihara sekalipun,
akhirnya menjadi tanaman durian, biji yang ditanam itu adalah benih durian.
Bibit adalah
tanaman muda yang sudah tumbuh dipersemaian dan siap dipindah ke lokasi
penanaman. Contoh benih padi sawah sebelum ditanam disawah dilakukan
penyemaian, setelah tanaman berumur 21 hari dipersemaian dapat dipindah dan
ditanam di sawah.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu
cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan
bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun,
umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan
induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah
merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang
menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara
alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan
campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat
terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman
secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman
tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang
terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa
diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium.
Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil)
umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan
merunduk (layering). Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan
dengan cara campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif
dan generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua
induk tanaman. Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk
yang akan ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil
perbanyakan secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif)
dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu,
tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan
berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif ini membutuhkan
pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang
banyak. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan cangkok, terutama tanaman buah
atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar tunggang sehingga tanaman tidak
terlalu kuat atau mudah roboh. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak
dengan cara vegetatif dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan
oleh hobiis atau penangkar pemula.
1.2.Kompetensi Dasar
Adapun
kompetensi yang di inginkan dalam praktikum ini ialah :
1. Mahasiswa
mengetahui teknik – teknik perbanyakan tanaman.
2. Mahasiswa
trampil dalam melakukan perbanyakan tanaman
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini ialah :
1.
Untuk mengetahui cara perbanyakan generatif
pada tanaman.
2.
Untuk
mengetahui cara perbanyakan vegetatif pada tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbanyakan Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam
biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan
bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan
bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan
manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang
tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif
adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan
sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil
perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan
kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi
buahnya.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan
secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat
pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari
satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat
yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan
dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa
sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi
karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Ashari,
1995).
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan,
perkembangan dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di
muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan
ekstern. Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi
perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut
Faktor geografik sebagai faktor loaf (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah,
aktivitas vulkan, dan kerak bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di
muka bumi ini dapat digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau
sepanjang tahun, berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau
sepanjang tahun, rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan
jarum hijau sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran
tumbuhan berdaun lebar hijau sepanjang tahun dan masa gugur daun (Basri, 1998).
Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif
tanaman adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara
generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia
secara melimpah. Beberapa variasi biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut
menjadikan adanya teknik yang berbeda dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan
dan lama penyimpanan menjadi faktor pembatas dalam perbanyakan generatif ini.
Ada biji tanaman hutan yang langsung ditabur pada bak persemaian namun ada juga
biji tanaman hutan yang dapat disimpan datam waktu lama sebelum ditabur.
Dikenal dua
tipe yaitu:
- Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum dikecambahkan. Contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung, ulin, merbau dan lain-lain.
- Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai imba, kuini, turi dan lain-lain.
Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut
perlaküan yang berbeda baik dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat
kecambah (skarifikasi), dan penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika
jenis tanaman hutan tersebut sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka
biji segera dipanen. Setelah biji dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan
adalah penaburan di bedeng semai.
2.2.
Perbanyakan
Secara Vegetatif
Perbanyakan
secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian – bagian
vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Bahan tanaman yang berasal
dari bagian vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan secara vegetatif ( benih
) maupun perbanyakan secara vegetatif ( bibit ), kedua – duanya digunakan
petani karena masing – masing mempunyai kelebihan.
Selain itu setiap jenis tanaman
mempunyai sifat spesifik dalam kaitanyan dengan bahan tanaman ini. Tanaman –
tanaman seperti : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, gamdum, kelapa sulit
diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan menggunakan teknik kultur jaringan.
Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi, kakao,tebu, ubikayu, ubijalar, dan
lainya lebih baik diperbanyak secara vegetatif.
2.2.1. Siklus hidup aseksual atau
vegetatif
Pada
perbanyakan secara aseksual atau vegetatif genotip dari tanaman induk diwarisi
secara sempurna. Bagian – bagian tanaman pada fase siklus seksual maupun dapat
digunakan sebagai bahan tanaman awal. Bahan yang dipilih untuk perbanyakan
karena sifat vegetatifnya dan diambil sebelum mencapai fase dewasa akan tetapi
menunjukan sifat juvenilnya. Bahan tanaman yang dipilih karena sifat bunga dan
buahnya tidak lagi menunjukan sifat juvenilnya ataupun transisinya dan tetap
secara biologis dewasa.
Dengan
demikian perlu dikatahui fase vegetatif dan fase pembungaan. Fase vegetatif
adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan akar dan batang,
peningkatan volume tanaman dan perluasan daun. Pada fase pembungaan
perpanjangan batang berakhir dan beberapa titik tumbuh berubah menjadi kuncup
dan akhirnya membentuk buah dan biji.
Perbanyakan
secara vegetatif mencakup beberapa cara antaralain : stek ( batang, akar dan
daun ) okulasi dan penyambungan tidak seperti perbanyakan secara generatif yang
dapat di tanam langsung dilapangan, kecuali untuk benih yang berukuran kecil,
untuk perbanyakan secara vegetatif biasanya perlu disemaikan dulu sebelum
ditanam dilapangan.
Persemaian, diperlukan dengan maksud untuk :
a.
Memudahkan pemeliharaan
tanaman, misalnya penyiraman yang harus dilakukan pagi dan sore
b.
Menyediakan media tanam yang
sangat bagus, misalnya permukaan tanah halus dan bila perlu dicampur pasir
c.
Mengurangi biaya dan tenaga
kerja, misalnya bila harus menggunakan naungan daripada membuat naungan
tersebar diseluruh lahan lebih murah membuat naungan dibedengan persemaian
d.
Memeberi kesempatan menyeleksi
tanaman yang baik untuk dipindah dilapangan sehingga akan mengurangi persentase
sulaman, dan
e.
Pada jenis – jenis tanaman
tertentu dengan transplanting ( pindah tanam ) memungkinkan diperoleh
pertumbuhan tanaman dan diperoleh pertumbuhan tanaman dan hasil panen yang
lebih tinggi.
2.2.2. Perkembangbiakan vegetatif
ada dua jenis
Perkembangbiakan
vegetatif alami dan perkembangbiakan vegetatif buatan. Perkembangbiakan
vegetatif yang terjadi dengan sendirinya tanpa bantuan manusia dinamakan
vegetatif alami. Sebaliknya, perkembangbiakan vegetatif yang melibatkan
bantuan manusia disebut vegetatif buatan.
-
Perkembangbiakan vegetatif
alami
Perkembangbiakan
vegetatif alami dimulai dari tumbuhnya tunas pada bagian tumbuhan. Tunas
selanjutnya akan menjadi tanaman baru. Pada umumnya, tunas tumbuh pada ruas
batang, ketiak daun, ujung akar, dan tepi daun. Tunas yang tumbuh pada ujung
akar atau tepi daun disebut tunas adventif Jika tunas tumbuh dekat induknya
dinamakan rumpun, seperti rumpun bambu dan rumpun pisang. Berikut ini
jenis-jenis perkembangbiakan secara vegetatif alami :
a.
Akar tinggal
Akar tinggal (rizoma) adalah batang yang
tumbuh menjalar dalam tanah atau disebut juga akar tinggal, akar rimpang, atau
akar tongkat. Tanaman yang berkembang biak dengan akar tinggal adalah lengkuas,
jahe, alang-alang, kunyit, dan temulawak dan lain-lain.
b.
Umbi lapis
Bagian
tanaman yang membengkak dalam tanah karena menyimpan cadangan makanan disebut
umbi. Umbi lapis merupakan umbi yang berlapis-lapis dan tumbuh tunas di
tengahnya. Umbi lapis baru yang berasal dari ketiak terluar akan tumbuh
membentuk tunas. Pada umbi lapis, tunas tumbuh di antara daun dan
cakram. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan umbi lapis di antaranya
adalah bawang, bunga bakung, bungan tulip, dan lain-lain.
c.
Umbi akar
Umbi
akar merupakan bagian akar yang membesar karena berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan. Umbi akar dapat tidak mempunyai tunas dan
tidak berbuku-buku. Tanaman yang berkembang biak dengan umbi akar,
misalnya wortel dan dahlia
d.
Umbi batang
Umbi
batang adalah batang yang tumbuh membengkak dalam tanah. Bagian ini
sesungguhnya merupakan cadangan makanan yang disimpan pada bagian batang. Jika
umbi ini ditanam, tunas dapat tumbuh dan menjadi tanaman baru. Contohnya adalah
kentang dan ubi jalar.
e.
Geragih (stolon)
Geragih
adalah batang yang tumbuh dan menjalar di permukaan tanah. Geragih
tersusun atas ruas-ruas. Setiap ruas yang menempel pada tanah akan
membentuk akar dan tumbuh tunas baru. Tanaman baru akan tumbuh pada
ruas-ruasnya dan tidak bergantung pada induknya. Jenis tanaman yang berkembang
biak dengan geragih di antaranya adalah stroberi, pegagan atau antanan, dan
rumput teki.
f.
Tunas adventif
Tunas
adventif adalah tunas yang tumbuh di luar bagian batang. Tunas ini tumbuh pada
tepi daun, seperti cocor bebek. Selain pada tepi daun, tunas ini dapat tumbuh
pada akar, seperti suskun dan kesemek.
g.
Spora
Spora
terdapat pada tumbuhan paku, lumut, dan jamur. Spora terdapat di dalam kotak
spora yang terletak di tepi daun tumbuhan paku. Contoh tumbuhan paku yang
sering kita lihat untuk tanaman hias adalah suplir. Pada tepi daun suplir
terdapat butiran yang merupakan kotak spora. Spora ini merupakan alat
perkembangbiakan tanaman suplir.
-
Perkembangbiakan vegetatif
buatan
Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, cepat berbuah, dan menyerupai induknya,
pembiakan ini sengaja dibantu manusia. Tujuannya adalah untuk
memperoleh tumbuhan baru dengan cepat dan tidak bergantung
pada musim. Pembiakan secara vegetatif buatan di antaranya adalah
cangkok, stek, okulasi, enten, dan runduk. Berikut ini beberapa cara pembiakan
secara vegetatif buatan :
a.
Cangkok
Mencangkok
adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka
cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih
cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang
dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium,
seperti jambu, rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki
beberapa kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut,
sehingga mudah tumbang/roboh dan umur tanaman lebih pendek dibandingkan
tumbuhan yang di tanam dari biji.
b.
Stek
Stek
adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang
tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa
batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun
dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan
pada tanaman sukun dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek
tangkai dapat dilakukan pada tanaman mawar. Contoh tanaman yang
dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar.
c. Sambung/Enten
Menyambung
atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang
berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan
yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau
bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki
produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan
produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah
tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung.
d.
Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada
batang tanaman sejenis yang akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli
harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda
sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau
bunga yang berbeda sifat.
e.
Merunduk
Merunduk
adalah membengkokkan sebagian cabang kemudan membenamkannya ke dalam tanah.
Pada batang yang ditimbun tersebut diharapkan tumbuh akar. Tumbuhan yang dapat
dikembangbiakkan dengan merunduk di antaranya arbei, apel, tebu, stroberi, dan
melati.
III. BAHAN DAN METODA
A.
Tempat dan Waktu
Praktikum
ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam
Riau jalan Kaharudin Nasution Km. 11, perhentian Marpoyan Pekanbaru. Praktikum
inin berlangsung selama 3 bulan terhitung dari bulan Maret 2013 sampai bulan Mei 2013. Jadwal kegiatan Praktikum
dapat dilihat pada lampiran.
B.
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah : tali
rafia, polybag, biji tanaman generatif ( cempedak, durian, asam jawa ), bahan tanaman stek ( sirih merah, mawar ),
growaton, plastik lilin, pukan, dan lain - lain.
Sedangkan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : cangkul, meteran, plat perkebunan, paku, gunting stek, pisau okulasi, handsprayer, gembor, kamera, alat tulis, dan lain-lain.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : cangkul, meteran, plat perkebunan, paku, gunting stek, pisau okulasi, handsprayer, gembor, kamera, alat tulis, dan lain-lain.
C.
Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Naungan dan Media Tanam Dalam Pilybag
Naungan dibuat dengan ukuran tinggi 1.5 m dan panjang
5 m. polybag yang digunakan adalah polybag yang berukuran sedang ( 20 x 30 ),
dengan melakukan pengisian tanah dengan campuran pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 2:1 Media tanam diletakan pada para – para/ naungan.
2.
Penanaman
Penanaman biji dan bahan stek dilakukan pada media tanam dengan
jumlah satu biji untuk setiap polybag dengan memperhatikan stek pertumbuhan
dari biji.
3. Perawatan
a. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan gembor yang diaplikasikan satu kali sehari.
b. Penanggulangan OPT
Pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui penyiangan gulma dan penggunaan
pestisida Dhitane M-45 yang diberikan
melalui penyemprotan.
D.
Parameter Pengamatan
Adapun
para meter yang diambil dalam Praktikum diantaranya :
1.
Umur
Munculnya Tunas atau Jaringan Maristem (hari)
Pengamatan
umur munculnya tunas dilakukan dengan menghitung jumlah hari ketika munculnya
tunas pada tanaman, dengan menentukan 3 sampel.
2.
Jumlah
Tunas (batang)
Pengukuran
jumlah tunas dilakukan pada tanaman yang dilakukan perbanyakan vegetatif secara
stek, dengan menentukan 3 sampel.
3.
Jumlah
Daun Pertanaman (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan
pada saat tanaman sudah menampakan daun setiap 3 sampel yang dilakukan.
4.
Tinggi
Tanaman (cm)
Dilakukan setelah tanaman berumur
satu minggu setelah tanam dengan interval pengukuran 1 minggu sekali mulai dari
batas tanah sampai daun tertinggi (urut kertas), untuk 3 sampel yang telah
ditentukan
5.
Panjang
Tunas (cm)
Pengukuran panjang tunas dilakukan dengan
mengukur panjang tunas yang dihasilkan dengan mengukur dari pangkal tunas
dengan 3 sampel yang ditentukan.
A.
Perbanyakan Generatif
1.
Umur Munculnya Tunas atau Plumula ( Minggu )
Hasil pengamatan munculnya
tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1. dibawah
ini :
Minggu
|
Sampel
|
Biji
|
||
Cempedak
|
Durian
|
Asam Jawa
|
||
1
|
9
|
14
|
7
|
|
2
|
14
|
16
|
10
|
|
3
|
12
|
11
|
9
|
|
Jumlah
|
35
|
41
|
26
|
|
Rata – Rata
|
11.67
|
13.67
|
8.67
|
Table 1. Pengamatan Umur
Munculnya Tunas Per Tanaman ( batang )
Data pada tabel 1. Menunjukan bahwa dalam
proses biokimia untuk memunculkan tunas memerlukan waktu yang lumayan lama
sampai seminggu atau pun lebih.
2.
Jumlah Daun ( Helai )
Hasil pengamatan
jumlah daun per tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada
tabel 2. di bawah ini :
Minggu
|
Sampel
|
Biji
|
||
Cempedak
|
Durian
|
Asam jawa
|
||
1
|
4.5
|
7
|
16.03
|
|
2
|
4.21
|
7.42
|
15.79
|
|
3
|
4.52
|
7.12
|
15.92
|
|
Jumlah
|
13.23
|
21.54
|
47.74
|
|
Rata – Rata
|
4.41
|
7.18
|
15.91
|
Table 2. Pengamatan
Jumlah Daun Per Tanaman ( helai )
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan sampel
satu dengan sampel lainya berbeda baik pada tanaman cempedak, durian dan asam
jawa mungkin dipengaruhi oleh pupuk kandang yang diberikan kurang merata pada
sampel.
3.
Tinggi Tanaman ( Cm )
Hasil pengamatan
tinggi tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 3,
dibawah ini :
Minggu
|
Sampel
|
Biji
|
||
Cempedak
|
Durian
|
Asam jawa
|
||
1
|
26
|
35.83
|
26.83
|
|
2
|
24.08
|
39.88
|
26.83
|
|
3
|
20.58
|
36.92
|
26.75
|
|
Jumlah
|
70.66
|
112.63
|
80.41
|
|
Rata – Rata
|
23.55
|
37.54
|
26.
|
Tabel
3. Pengamatan Tinggi Tanaman ( cm )
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi
tanaman sangatlah cepat karna terlindungi
oleh naungan sehingga cahaya matahari tidak dapat diserap secaara optimal oleh
tanaman sehingga mengakibatkan tanaman menjadi tinggi karna adanya pemanjangan
sel
B.
Perbanyakan Vegetatif
1.
Umur Munculnya Tunas atau Plumula ( Hari )
Hasil pengamatan munculnya
tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1. dibawah
ini :
Minggu
|
Sampel
|
Stek
|
|
Mawar
|
Sirih
|
||
1
|
7
|
14
|
|
2
|
6
|
16
|
|
3
|
9
|
17
|
|
Jumlah
|
22
|
47
|
|
Rata – Rata
|
7.33
|
15.67
|
Table 1. Pengamatan Umur
Munculnya Tunas ( batang )
Data pada tabel 2. Menunjukkan bahwa
pertumbuahan tunas sirih sangatlah lambat dan membutuhkan waktu yang lama dari
pada tanaman mawar mungkin diakibatkan suhu atau curah hujan kurang cocok oleh
tanaman sirih.
2.
Jumlah Daun ( Helai )
Hasil pengamatan
jumlah daun per tanaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada
tabel 2. di bawah ini :
Minggu
|
Sampel
|
Stek
|
|
Mawar
|
Sirih
|
||
1
|
19.8
|
4
|
|
2
|
20.6
|
5
|
|
3
|
17
|
7
|
|
Jumlah
|
57.4
|
16
|
|
Rata – Rata
|
19.13
|
5.33
|
Table 2. Jumlah daun
tanaman mawar dan sirih
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun setiap
tanaman berbeda baik tanaman sirih atau pun mawar, mungkin ini disebabkan oleh
jumlah pupuk dan air tidak seimbang dalam pemberian, atau proses biokimia
antara tanaman satu dengan yang lain berbeda
3.
Jumlah Tunas
Hasil pengamatan
jumlah tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 3,
dibawah ini :
Minggu
|
Sampel
|
Stek
|
|
Mawar
|
Sirih
|
||
1
|
1
|
2
|
|
2
|
2
|
2
|
|
3
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
4
|
5
|
|
Rata – Rata
|
1.33
|
1.66
|
Tabel 3. Jumlah tunas
tanaman mawar dan sirih
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tunas yang
tumbuh sangat lah lambat dikarnakan proses biokimia antara tanaman satu dengan
yang lainya berbeda.
4.
Panjang Tunas ( Cm )
Hasil pengamatan
panjang tunas yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 4,
dibawah ini :
Minggu
|
Sampel
|
Stek
|
|
Mawar
|
Sirih
|
||
1
|
6.5
|
4
|
|
2
|
6
|
5
|
|
3
|
7
|
4.5
|
|
Jumlah
|
19.5
|
13.5
|
|
Rata – Rata
|
6.5
|
4.5
|
Tabel 4. Pengamatan
Panjang Tunas
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa setiap minggu
panjang tunas selalu bertambah dikarnakan adanya proses pertumbuhan yang ada
pada tanaman tersebut sangatlah baik.
5.
a.
Cangkok
Mencangkok
adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka
cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih
cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang
dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium,
seperti jambu, rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki
beberapa kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut,
sehingga mudah tumbang/roboh dan umur tanaman lebih pendek dibandingkan
tumbuhan yang di tanam dari biji.
Berikut
adalah cara mencangkok tanaman. Sediakan Alat dan bahan yang
digunakan dalam mencangkok, antara lain : tali pengikat/rafia, pisau yang
tajam, serabut kelapa atau plastik, gunting, tanah yang subur ,
dan cabang/ranting yang akan kita cangkok.
Langkah - langkah mencangkok adalah sebagai berikut
berikut :
-
Pilih cabang atau ranting yang
tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
-
Kuliti hingga bersih cabang
atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
-
Kerat kambiumnya hingga bersih,
dan angin-anginkan.
-
Tutup dengan tanah, kemudian
dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
-
Ikat pada kedua ujungnya
seperti membungkus permen. Bila menggunakan plastik,lubangi plastiknya
terlebih dahulu agar air siraman bisa keluar dan tanah tidak terlalu basah.
-
Jaga kelembaban tanah dengan
cara menyiramnya setiap hari (jika musim kemarau).
-
Setelah banyak akar yang
tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, kemudian tanam di
pot. Setelah tumbuh dengan baik baru ditanam di tanah.
b.
Stek
Stek
adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang
tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa
batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun
dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan
pada tanaman sukun dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek
tangkai dapat dilakukan pada tanaman mawar. Contoh tanaman yang
dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar.
c. Sambung/Enten
Menyambung
atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang
berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan
yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau
bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki
produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan
produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah
tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung.
Berikut
ini adalah cara mengenten tanaman :
Alat
dan bahan : pisau/cutter yang steril, tali rafia, dua jenis tumbuhan (terung
dan tomat)
Cara
menyambung tanaman :
-
Pilih tanaman untuk batang
bawah dan batang atas yang sehat. Batang bawah berdiameter lebih besar daripada
batang atas.
-
Gunakan pisau steril dan tajam,
untuk memotong batang bawah dengan bentuk huruf V, dan potong batang atas
dengan bentuk V terbaik. Panjang batang atas idealnya 3-8 cm.
-
Masukkan batang atas tersebut
ke dalam celah batang bawah, lalu ikat sambungan itu dengan sealtape, atau
potongan plastik bening (dari kantong plastik gula pasir). Usahakan sambungan
tidak terkena air.
-
Untuk mengurangi penguapan dan
mempercepat tumbuhnya tunas, sisakan 2-4 helai daun pada batas atas; dan potong
daun tersebut menjadi setengahnya atau pangkas semua daun.
-
Bungkus batang yang disambung
tadi dengan kantong plastik, dan letakkan di tempat teduh selama sekitar 7-10
hari.
-
Dalam kurun waktu itu akan
terlihat munculnya tunas daun. Buka kantong plastiknya; dan taruh di bawah
matahari.
d.
Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada
batang tanaman sejenis yang akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli
harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda
sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau
bunga yang berbeda sifat.
Berikut ini adalah cara mengokulasi tanaman :
Alat dan bahan : tali rafia, pisau/cutter, duua
jenis tumbuhan ( batang bawah dan batang atas).
Langkah-langkah mengokulasi tanaman :
-
Siapkan batang bawah, umur
tanaman tergantung dari jenis tanaman apa yang akan diokulasi.
-
Siapkan batang atas berupa
kulit kayu dan mata tunas dari induk tanaman yang berkualitas baik dan memiliki
sifat unggul.
-
Iris dan sayat batang bawah
dengan panjang 2-3 cm, lebar 1-1,5 cm.
-
Sisipkan mata tunas ke irisan
yang telah dibuat pada batang bawah, lakukan dengan cepat. Jangan sampai luka
sayatan kering. Pastikan tidak ada celah antara luka sayatan dengan mata tunas.
-
Ikat tempelan menggunakan tali
rafia, arah pengikatan dari bawah ke atas sehingga tali tersusun rapat seperti
genting dan tidak ada celah kecuali pada bagian mata tunas.
-
Setelah 2 minggu, lihat mata
tunas. Jika berwarna hijau kemerahan atau hitam berarti okulasi gagal.
Sedangkan jika warnanya masih hijau segar dan melekat pada batang pokok berarti
okulasi berhasil dan ikatannya sudah boleh dilepas. Waktu pengikatan bisa
sampai 3 minggu.
-
Bila telah ada kepastian bahwa
mata tempelan sudah hidup, segera potong batang yang berada di atas mata
tempelan, tujuannya agar sumber makanan tertuju pada tunas dari tempelan. Jika
tidak, tempelan akan mati. Panjang pemotongan batang dan jarak pemotongan dari
mata tempelan berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman yang diokulasi.
(sumber : Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja (BBPPK) Lembang ).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilaksanakan saya menangkap bahwa perbanyakan secara
vegetativ dan generative sangat menguntungkan dan meminimalisikan pengeluaran
dalam proses budidaya sehingga tujuan dalam budidaya tersebut tercapai dengan
maksimal.
B.
Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah saya ikuti maka
saya menyarankan agar praktek yang kita
lakukan ini berjalan dengan jadwal yang telah dijadwalkan sehingga tidak membuat
mahasiswa/I kebebingungan atau kerepotan dalam membuat laporan yang harus
dikerjakan atau dikumpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati,
Andi Apryani. 2007. Petunjuk Praktikum Agronomi
Tanaman Hortikultura I. Jurusan Agronomi-Faperta
Untirta. Serang.
Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1988. Pengantar Agronomi.
Gramedia: Jakarta.
Nyakpa,
M. Yusuf, et al. 1988. Perbanyakan
Tanaman Secara Vegetatif. Penerbit Universitas
Lampung. Lampung.
Soeprapto.1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Tjirosoepomo,
Gembong. 2004. Perbanyakan
Tanaman Secara Generatif . Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Duriat, A.S. dan S.
Sastrosiswojo.1995. Pengendalian hama
dan penyakit terpadu pada agribisnis cabai. Jakarta:Penebar Swadaya
Semangun,
Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman
Hortikultur di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press 1989).
Purwono
dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomo, H. 2008. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id www.puslittan.bogor.net
(Diakses
Pada Tanggal 2 September 2011).
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
No
|
Kegiatan Praktikum
|
Bulan/Tahun 2012
|
|||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Persiapan Naungan
|
X
|
|||||||||||||||
2
|
Pemasangan Label
|
X
|
|||||||||||||||
3
|
Pengisian Polibeg
|
X
|
|||||||||||||||
4
|
Penanaman
|
X
|
|||||||||||||||
5
|
Pengukuran tanaman
Generatif
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||||||||
6
|
Pengukuran tanaman
Vegetatif
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||||||||
7
|
Penyiangan sampel
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||||||||||
8
|
Pembuatan laporan
|
X
|