Selasa, 02 Juli 2013

Laporan Agronomi Tanaman Makanan ( ATM )

I.    PENDAHULUAN


1.1.   Latar belakang
Padi merupakan makanan pokok utama masyarakat Indonesia yang kebutuhannya meningkat setiap tahun sejalan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk.  Kondisi pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar masih di pasok dari luar Bangka BelitungProduksi padi di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 64.398.890 ton dan di Bangka Belitung sendiri produksi padi pada tahun 2009 yaitu 19.864 ton.  Hal ini belum sebanding dengan jumlah  penduduk  Bangka Belitung pada tahun 2009 yang mencapai 1.138.129 jiwa (BPS 2011).  Kebutuhan pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar masih di pasok dari luar Bangka Belitung. Produksi padi ladang pada tahun 2008 tercatat 7,778 ton atau produktivitas 1,39 ton/ha dengan areal tanam seluas 7242 ha (Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Babel 2008 dalam Bangka Pos 2009).
Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi yaitu penanaman padi di lahan kering, sedangkan lahan kering di Indonesia didominasi lahan marginal seperti ultisol.  Produksi padi gogo dilahan ultisol masih banyak menimbulkan masalah, hal ini dikarenakan sifat tanah ultisol yang memiliki pH rendah, kelarutan unsur Al, Fe, dan Mn yang tinggi menyebabkan unsur P menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman karena terikat oleh kation tanah terutama Al dan Fe pada kondisi masam dan terfiksasi pada permukaan positif koloid tanah (liat dan oksida Al/Fe ) lewat pertukaran anion terutama dengan OH- (Hanafiah 2008).  Fosfor sebagai salah satu unsur hara makro fosfat merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP dan RNA.  Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah.  Fosfor digunakan untuk merangsang pembungaan. Fosfat anorganik banyak terdapat di dalam cairan sel sebagai komponen sistem penyangga tanaman. Bentuk organik P terdapat sebagai fosfolipid, yang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas; fitin, yang merupakan simpanan fosfat dalam biji; gula fosfat, yang merupakan senyawa antara dalam berbagai proses metabolisme tanaman, nukleoprotein, komponen utama DNA, dan RNA inti sel; ATP, ADP, AMP dan senyawa sejenisnya sebagai senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme, NAD dan NADP, merupakan koenzim penting dalam proses reduksi dan oksidasi; dan FAD dan berbagai senyawa lain, yang berfungsi sebagai pelengkap enzim tanaman (Salisbury dan Ross. 1995). 
Biofertilizer dapat digunakan untuk mengefisienkan pupuk P karena berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman (Elfiati 2005).  Penelitian Handayani dan Ernita (2008), menunjukkan bahwa penggunaan biofertilizer dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang tercermin dari karakter berat kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman secara nyata.  Hasil penelitian Fitriatin et al .(2011), menunjukkan bahwa pemberian mikroba pelarut fosfat mampu meningkatkan aktivitas fosfatase tanah dan hasil tanaman padi gogo di lahan ultisol dan penggunaan Aspergillus niger pada tanaman jagung dapat meningkatkan pertumbuhan karena penambahan Aspergillus niger mampu melarutkan unsur hara P sehingga tersedia untuk tanaman, sedangkan pemberian mikroza pada tanaman jagung mampu meningkatkan penyerapan unsur hara untuk tanaman (Fitriatin et al. 2009).  Menurut Kabirun (2002), dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan, serapan P dan hasil tanaman, lebih tinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan jamur mikoriza arbuskula.
Padi gogo memegang peranan penting dalam sistem pertanian rakyat Indonesia, padi gogo mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam pemenuhan kebutuhan pangan daaerah maupun nasional (Chairuman 2008).  Lahan kering di Indonesia sebenarnya sangat berpotensi untuk pertanian tanaman pangan dan palawija seperti padi gogo, jagung (Barus 2008).  Pengembangan padi gogo di perlukan dengan penggunaan varietas unggul sehingga dapat meningkatkan produksi padi.
Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan, padi yang paling toleran pada cekaman kekeringan -30 Kpa di media campuran sandy clay adalah Towuti yang dilihat dari persentase rerata panjang akar, jumlah malai, jumlah biji bernas dan hasil per polybag yaitu 9,16 gram.  Hasil penelitian Rohayani (2011), menunjukkan bahwa varietas padi gogo introduksi Situ Bagendit memiliki kemampuan adaptasi yang baik di media campuran sandy clay dengan cekaman -40 Kpa untuk karakter tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tajuk, berat kering akar dan jumlah biji bernas.  Menurut Lestari dan Mustikarini (2009), dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jenis padi gogo introduksi yang lebih adaptif adalah Towuti dan Danau Gaung yang di tunjukkan oleh peubah jumlah anakan dan jumlah malai di lahan ultisol.
Pengujian varietas padi gogo dengan penambahan biofertilizer di lahan Ultisol ini untuk mendapatkan produktivitas padi gogo yang tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan di lahan ultisol Bangka.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
-          Bagaimana cara membudidayakan tanaman padi gogo
-          Bagamana cara membudidayakan tanaman jagung


II. TINJAUAN PUSTAKA

A.  Sejarah tanaman jagung manis (sweet corn)
 Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
            Jagung termasuk Family graminal, golongan jagung di Indonesia ada 4 (empat) varietas yaitu:
1.      Zea mays indentota : disebut jagung gigi kuda, sedikit ditanam di Indonesia, karena kurang tahan terhadap hama bubuk.
2.      Zea mays indorata : atau jagung mutiara, banyak ditanam di Indonesia, tanaman jagung ini tahan terhadap hama bubuk dan jenis hama lainnya.
3.      Zea mays saccharata sturt : jagung manis ini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Riau khususnya Indonesia.
4.      Zea mays everta : jagung berondong, jagung ini diolah untuk dijadikan berondong.
Varietas jagung dapat dibedakan berdasarkan beberapa bentuk yaitu tinggi tempat penanaman, berdasarkan umur varietas, berdasarkan warna biji, berdasarkan pembenihannya, berdasarkan tipe biji dan lain lain.
            Tanaman jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan olah tanah dengan bentuk sistem perakarannya sangat bervariasi.
            Batang berwarna hijau sampai keungguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang 2-2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125-300 cm. Batang berbuku buku yang dibatasi oleh ruas-ruas.
            Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dengan helaian daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan / embun ke dalam pelepah daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (monoceous). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
        Biji tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada yang bertongkol satu dan ada pula yang bertongkol dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol, setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, dan tiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir.













III. BAHAN DAN METODE

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11, Kelurahan simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru. Waktu praktikum di laksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan April Sampai Juni 2013.

B.       Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Benih jagung manis (Sweet Boy)
2.      Pupuk NPK
3.      Pupuk kandang
Sedangkan alat – alat yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1.    Gembor
2.    Sabit
3.    Cangkul
4.    Garu
5.    Meteran
6.    Alat tulis


C.      Pelaksanaan Praktikum
1.      Pengerjaan lahan
            Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah mencangkul tanah dengan tujuan membalik dan menggemburkan tanah. Kemudian tanah digaru dan batu, bongkahan tanah dan sisa gulma dibersihkan. Sisa gulma yang telah dipisahkan dibakar di atas bedengan. Setelah itu dibentuk bedengan dengan  ukuran 5 x 5 m. Selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ukuran 40 x 60 cm .

2.   Pemberian pupuk kandang dan pupuk dasar.
            Pupuk kandang  yang sudah  matang diberikan pada setiap bedengan setelah dilakukan pengolahan tanah. Masing – masing bedengan diberikan 1 karung pupuk kandang. Bersamaan dengan penanaman diberikan pupuk NPK.

3.      Penanaman
            Penanaman jagung dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan dengan  cara tugal dengan kedalaman tugal 5 cm  dengan jumlah 1benih  per lubang tanam. Penyisipan dilakukan seminggu setelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh.

4.   Pemupukan
            Pada tanaman jagung pemupukan pertama diberikan NPK bersamaan dengan waktu penanaman. Pada saat tanaman berumur 30 hari dilakukan pemberian pupuk NPK kedua kalinya .



5.  Pemeliharaan
a.       Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Apabila di rasa kurang air perlu dilakukan penyiraman. Akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
b.       Penyiangan
Penyiangan akan dilakukan dengan memperhatikan jumlah populasi gulma, apabila sudah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman barulah dilakukan penyiangan.
c.       Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit tanaman yang rusak ataupun mati.

6.  Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma
            Untuk melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit biasa dilakukan upaya preventif berupa tindakan – tindakan agronomis. Selanjutnya pengendalian dilakukan sesuai dengan materi praktikum
a.       Hama yang menyerang :
-          Semut menyerang jagung saat penanaman, pengendalian dilakukan dengan memberikan furadan.
-          Lalat Buah menyerang jagung, pengendalian dilakukan dengan peyemprotan Petrogenol
b.      Penyakit yang menyerang tidak ada
c.       Untuk gulma, pengendalian dilakukan secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman menggunakan tangan dan menggunakan cangkul.

D.      Parameter Pengamatan
                   Adapun para meter yang diambil dalam Praktikum diantaranya :
1.        Tinggi Tanaman
                   Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah tinggi ketika munculnya tunas pada tanaman, dengan menentukan 5 sampel.
2.        Jumlah Buah
            Pengukuran jumlah buah dilakukan pada tanaman yang sudah muncul pucuk buah sampai terbentuknya buah , dengan menentukan 5 sampel.
3.        Jumlah Panjang Tongkol
            Perhitungan panjang tongkol dilakukan pada saat tanaman sudah terjadinya perkawinan dan terjadinya buah dan pada saat munculnya pucuk buah dihitung dari munculnya buah sampai panen, dengan menentukan 5 sampel.
4.      Jumlah Biji buah Jagung Per Tongkol
            Perhitungan jumlah biji jagung per tongkol dilakukan pada saat kita melakukan pemanenan di lakukan penghitungan biji, dengan menetukan 5 sampel.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Tinggi Tanaman ( cm )
Minggu
Pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
1
2
3
4
5
Minggu 1
20
20
15
16
14
Minggu 2
40
43
34
36
32
Minggu 3
73
75
70
72
69
Minggu 4
103
95
113
100
108
Minggu 5
175
160
185
170
179
Minggu 6
215
197
211
200
205
Minggu 7
225
209
230
237
232
Minggu 8
235
242
250
252
248

Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada praktikum ini memiliki pertumbuhan tinggi yang baik. Hal ini berarati pertumbuhan vegetatif dari tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang sesuai dan terpenuhnya kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu pemupukan yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung.


B.     Jumlah Buah
Minggu
Pengamatan
Jumlah Buah
1
2
3
4
5
Minggu 1
-
-
-
-
-
Minggu 2
-
-
-
-
-
Minggu 3
-
-
-
-
-
Minggu 4
-
-
-
-
-
Minggu 5
-
-
-
-
-
Minggu 6
1
1
1
1
1
Minggu 7
1
1
1
1
1
Minggu 8
1
1
1
1
1

Berdasarkan data pengamatan  jumlah  buah  tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada praktikum ini memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik. Hal ini berarati tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang sesuai dan terpenuhnya kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu pemupukan yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertambahan ukuran buah jagung . Selain itu hal ini juga disebabkan pengaruh faktor lingkungan seperti curah hujan dan intensitas cahaya yang baik selama praktikum.



C.       Panjang Tongkol Jagung
Minggu
Pengamatan
Panjang Tongkol jagung
1
2
3
4
5
Minggu 1
-
-
-
-
-
Minggu 2
-
-
-
-
-
Minggu 3
-
-
-
-
-
Minggu 4
-
-
-
-
-
Minggu 5
-
-
-
-
-
Minggu 6
5
4
7
5
6
Minggu 7
15
15
16
17
14
Minggu 8
25
29
27
26
30

Berdasarkan data pengamatan  panjang tongkol jagung dapat diketahui bahwa pertumbuhan tongkol sangatlah baik dikarnakan setipa minggunya terjadinya penabahan ukuran tongkol dan penambahan diameter tongkol ini berarti pertumbuhan vegetatif tanaman jagung  sangat baik. Selain hal ini juga disebabkan pengaruh faktor lingkungan seperti curah hujan, intensitas cahaya dan pengendalian hama lalat buah yang baik selama praktikum.






D.       Jumlah Biji Buah Jagung Per Tongkol
Minggu
Pengamatan
Jumlah Biji Per Tongkol
1
2
3
4
5
Minggu 1
-
-
-
-
-
Minggu 2
-
-
-
-
-
Minggu 3
-
-
-
-
-
Minggu 4
-
-
-
-
-
Minggu 5
-
-
-
-
-
Minggu 6
-
-
-
-
-
Minggu 7
-
-
-
-
-
Minggu 8
252
258
245
236
249

Berdasarkan data pengamatan  jumlah biji buah jagung per tongkol dapat diketahui bahwa jumlah biji tanaman jagung per tongkol berbeda dari tongkol tanaman jagung yang satu dengan tanaman jagung yang lainnya mungkin disebabakan kurangnya unsur hara dan air yang diserap oleh tanaman jagung karna pada saat dilakukan praktikum ini dilaksanakan pada musim kemarau sehingga berpengaruh terhadap diameter tongkol dan  ukuran tongkol yang dihasilkan setiap tanaman.




IV.    PENUTUP

A.       Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian praktikum dan pengamatan selama melaksanakan praktikum Dasar – dasar perlintan adalah :
Tanaman jagung yang kita tanam harus di rawat dengan baik agar pertumbuhanya sesuai dengan yang kita inginkan,karena tanaman jagung merupakan tanaman yangb rentan akibat hama dan penyakit maka kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik,agar tidak di serang hama dan mati.
Pemberian pestisida sangat penting karena akan menjaga dari serangan hama dan penyakit  beberapa hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman tersebut mati dan mengakibatkan gagal panen,perawatan di lakukan berkala karena akan melindungi dari serangan hama yang akan menyerang tanaman kita
Tumbuhan sama halnya dengan manusia, kita harus merawat dan melindungi tanaman karena dengan perawatan dan perlindungan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula
B.        Saran
Setelah melaksanakan serangkaian praktikum dan pengamatan  yang dilakukan selama  praktikum Dasar – dasar perlintan  maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Agar pada praktikum selanjutnya diterapkan praktikum dengan menguji metode-metode bertanam tanaman pangan yang baru.
2.      Supaya pada praktikum selanjutnya komunikasi dan koordinasi antara dosen, asisten dan mahasiswa lebih baik lagi agar hasil praktikum maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Andi Apryani. 2007. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Jurusan Agronomi-Faperta Untirta. Serang.
Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Gramedia: Jakarta.
Nyakpa, M. Yusuf, et al. 1988. Hama Dan penyakit. Penerbit Universitas Lampung.          Lampung.
Soeprapto.1993. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tjirosoepomo, Gembong. 2004. Perbanyakan Tanaman Secara Generatif . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Duriat, A.S. dan S. Sastrosiswojo.1995. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada     agribisnis Jagung. Jakarta:Penebar Swadaya
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultur di Indonesia   (Yogyakarta: Gajah Mada University Press 1989).
Purwono dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan Unggul.         Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomo, H. 2008. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id            www.puslittan.bogor.net (Diakses Pada Tanggal 2 September 2011).





Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

No

Kegiatan Praktikum
Bulan/Tahun 2012
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1

Pembersihan lahan
X















2
Pembuatan bedengan

X














3
Pemupukan dasar


X













4
Penanaman jagung



X












5
Penyulaman




X
X










6
Pengisian polibeg







X








7
Penyiangan sampel







X
X
X
X
X




8
Penyiraman




X
X
X
X
X
X
X
X
X



9
Pembuatan laporan













X